Hoax, By Galatia Chandra Author of Hacking Your Mind

Hoax, By Galatia Chandra Author of Hacking Your Mind

MATRANEWS.id — Lelucon ini pernah beredar luas di masa lalu.

Pada masa perang antara ABRI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), ada seorang bapak tua yang asalnya dari kabupaten Pidie di Aceh.

Ia menulis surat ke anaknya yang ada dipenjara Nusa Kambangan karena dituduh terlibat GAM.

Bunyinya demikian: “Hasan, bapakmu ini sudah tua, sekarang sedang musim tanam jagung akan tetapi kamu ditahan di penjara pula. siapa yang mau bantu bapak mencangkuli kebun jagung ini agar bapak bisa menyemai benih Jagung?”

Anaknya membalas surat itu beberapa minggu kemudian. “Astaga, jangan mencangkul itu kebun Ayah, saya ada menanam senjata di sana,” kata si anak dalam surat itu.

BACA JUGA: Salah Satu di Foto Ini, Panglima TNI Mendatang?

Rupanya surat itu disensor pihak rumah tahanan.

Maka, keesokan harinya setelah si bapak terima surat, datanglah satu peleton tentara dari kota Medan.

Tanpa banyak bicara, mereka segera ke kebun jagung.

Para tentara sibuk, kerja seharian mencangkuli tanah di kebun tersebut. Setelah mereka pergi, kembali si bapak tulis surat ke anaknya.

“Hasan, setelah bapak terima suratmu, datang satu peleton tentara mencari senjata di kebun jagung kita, namun untunglah tanpa hasil. Apa yang harus bapak lakukan sekarang?”

Si anak kembali membalas surat tersebut, “Sekarang bapak mulai semai benih jagungnya aja, kan sudah dicangkul sama tentara.”

Baca juga :  Aktivis Anti Narkoba Rainier H Daulay Berpulang

Dan, “Jangan lupa ucapin terima kasih sama mereka.”

Lagi-lagi surat disensor dan dibaca pihak rumah tahanan yang menyensor surat ini langsung pingsan.

Ingatlah, selalu bahwa setiap message / artikel / cerita yang kita dengar atau kita baca, belum tentu benar.

Jangan buru-buru mengambil kesimpulan apalagi bereaksi dan melakukan tindakan menyebarkannya yang akan membuat kita tampak bodoh.

Gunakan tools untuk mencari tahu kebenarannya.

Jika si tentara itu mempunyai detektor logam, kan dia tidak perlu menggali ke sana ke mari bukan.

Untuk berita-berita yang kita terima, coba verifikasi dengan menanyakan dulu pada uncle google. Sebab, dia punya banyak jawaban atas rumor dan mitos.

BACA JUGA: Velg Mobil Jokowi Diganti Hacker?  

Di samping itu, lihat apakah orang yang menyebarkannya berkompeten atau tidak. Misalnya jika seseorang menyebarkan mengenai artikel kesehatan.

Apakah ia dokter atau paling tidak para medis yang mengerti akan masalah kesehatan atau tidak?

Jika bukan untuk apa kita percaya. Apalagi di bagian bawah artikel itu ada tulisan: Sebarkan untuk menyelamatkan nyawa ….. Biasanya ini kode 99.99% pasti hoax atau mitos.

Ingatlah selalu, bahwa kita adalah orang-orang yang berintegritas.

Jangan karena kita tidak mau cek and ricek akhirnya kita menyebarkan hoax yang dapat menurunkan kepercayaan orang pada integritas diri kita.

Kita semua tahu bahwa Covid, penyakitnya, virusnya, vaksinnya, obatnya (contoh: Ivermectin) dll.

Baca juga :  Kadispenal Cerahkan Mahasiswa UNAS Tentang Information Warfare

Bukan main banyaknya berita-berita hoax yang tidak benar dan beredar.

Hal ini bukan tidak berdampak. Ada banyak yang menolak vaksinasi karena termakan issue hoax, konspirasi, dll Akhirnya harus meregang nyawa terkena penyakit ini dan bahkan banyak yang meninggal.

Kalau kita sudah tidak mempercayai lagi Badan Kesehatan Dunia, Kementrian Kesehatan, Badan POM, Pemerintah dan Otoritas Kesehatan lainnya yang kompeten.

Kita mau hidup bagaimana lagi?

Apakah kita harus menyingkir ke pulau kecil tanpa penduduk dan hidup seperti Robinson Crusoe?

Kepintaran itu memang harus digunakan dan itu penting. Tapi Kebijaksanaan itu lebih penting lagi dari kepintaran.

Jangan karena kita menganggap diri kita Pintar, kita menjadi tidak bijak.

Kita tidak pernah mau belajar dari kesalahan kita. Kalau kita pernah salah memahami sesuatu yang hoax dan saat ini kita sudah mendapatkan pencerahan.

BACA JUGA: Tentara ini 100% Tionghoa, 100% Indonesia, Klik ini

Pelajarilah itu dan jadilah bijak.

Ingatlah selalu kata-kata Confucius ini: “生而知之者上也;学而知之者次也;困而学之,又其次也。困而不学,民斯为下矣By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.”

Ingatlah selalu untuk berhati-hati terhadap Informasi yang salah alias Hoax! Jangan mudah percaya pada satu berita tanpa konfirmasi. Apalagi menyebarkannya.

Have a Great Day! GC

BACA JUGA: Majalah MATRA edisi Oktober 2021

 

Baca juga :  90,17% Daerah Pemilih Menerapkan Prokes Covid-19

 

Tinggalkan Balasan