MATRANEWS.id – Penataan kota dan bangunan di kawasan merupakan salah satu kunci keberhasilan kota dalam menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan juga melestarikan sejarah pembangunan terkait. Terlepas dari apakah bangunan itu milik pemerintah daerah atau perorangan. Seperti Yayasan Kanisus yang terletak di Menteng, kawasan elite Jakarta, didirikan (1918) oleh Francis Van Lith, SJ.
Saat itu, Yayasan Kanisius tetap menjadi milik Vikariat Apostolik Batavia. Dan pada tahun 2022 yayasan akan membangun gedung Auditorium Pusat melalui Kaare. Dipl. Eng. Cosmas Damianus Gozali, seorang arsitek ternama Indonesia lulusan Austria, berkolaborasi dengan seorang kontraktor ternama yang juga ditugaskan untuk merestorasi Sekolah Kanisius, salah satu bangunan tua yang tersisa sebagai cagar budaya atau diduga artefak.
Warisan budaya. Iwan Henry Wardhana, Direktur Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta mengatakan, “Tentunya kami selalu mendorong kesadaran pemilik bangunan untuk tetap mengedepankan prinsip konservasi dalam pelaksanaan rencana pembangunan. Dan kami sangat mengapresiasi upaya Sekolah Kanisius dalam mengutamakan prinsip konservasi dalam rencana pembangunannya.
Gedung sekolah Kolese Kanisius memiliki bentuk atap yang tinggi dengan jendela dan moulding geometris. Bangunan ini Pintu dan jendela bangunannya terbuat dari bahan kayu yang berfungsi seperti stopwatch. Dalam perbaikan bangunan tua, keaslian bangunan harus dijaga semaksimal mungkin agar tidak berubah. Seringkali penyebab kerusakan tersebut adalah atap yang bocor atau jendela yang bocor, atap atau jendela tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu, baru kemudian kita memperbaiki bagian bangunan kuno yang rusak lainnya.
Hal lain adalah jika kerusakan disebabkan oleh peningkatan muka air bawah tanah yang menyebabkan peningkatan kelembaban bangunan lama, diperlukan waterproofing khusus untuk menjaga kondisi dinding, dan harus dilakukan perbaikan. dengan benar tanpa. merusak bangunan.
Salah satu teknologi waterproof terbaru yang tersedia adalah Nano Star, yang menjadi brand pertama di Indonesia yang mengadopsi waterproofing teknologi nano. Produk yang dihasilkan lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia, memberikan perlindungan yang dapat bertahan 10 tahun terhadap sinar UV hingga 00 derajat, termasuk hujan lebat seperti di Indonesia.
Nanoteknologi tahan air diproduksi di Indonesia oleh PT Anugerah Magna Nanoteknologi, anak perusahaan Triputra Group. Teknologi ini menggunakan partikel yang sangat kecil dalam unit nano, partikel nano ini menembus substrat beton untuk membentuk jaringan seperti jaring laba-laba di bawah substrat, yang juga mencegah air masuk ke celah beton/semen saat hujan dan juga menolak panas, udara dalam proses pemuaian beton cuaca panas.
“Kami selalu mendukung program pemerintah khususnya teknologi perlindungan bahan bangunan yang kita butuhkan untuk peninggalan sejarah, yang juga merupakan cagar budaya yang harus kita lestarikan bersama. Kami juga siap menyediakan produk kebutuhan masyarakat untuk melindunginya. bahan bangunan melalui produk teknologi Nano Star, salah satunya di Indonesia menjaga struktur bangunan agar selalu terlihat kuat dan segar,” kata CEO PT Anugerah Magna Nanoteknologi Hery Chrisnantyo.