“Ya, memang nanti sepertinya akan seru, tapi terkendali”.
MATRANEWS.id — “Saya dicalonkan, bukan mencalonkan,” ujar Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, ketika dikonfirmasi mengenai namanya yang menguat jelang pemilihan Ketua DPD-RI.
Pria kelahiran Palembang yang pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden, pada tahun 2010 itu terpilih menjadi anggota DPD RI.
Jimly, kemudian dicalonkan lagi oleh tujuh orang, minimal dari lima propinsi untuk menjadi Ketua DPD-RI. Tapi, “Ya semua kita serahkan kepada 136 anggota, karena masing-masing anggota itu independen.”
Nono Sampono, Gusti Kanjen Ratu Hemas, yang sudah dipastikan bakal kembali lolos menuju Senayan, untuk periode 2019-2024, termasuk Jimly disebut-sebut potensial menjadi pimpinan DPD RI untuk periode 5 tahun ke depan.
“Di DPD ini, setiap anggota sendiri-sendiri. Ada 136 partai. Kalau di DPR, hanya sembilan partai,” masih menurut guru besar hukum tata negara yang juga terlibat dalam pergulatan politik ini.
“Kita memberi kebebasan setiap anggota untuk memberikan pilihannya, karena akhinya untuk kepentingan bersama,” tutur Jimly, dalam acara DPD di Hotel Sharilla, 30 September 2019 tadi malam, jelang dinihari.
Acara Malam Keakraban DPD itu, bertema: “Dari Kita Oleh Kita Untuk Bangsa”, yang diselenggarakan Kaukus Senator Muda Indonesia 2019-2024 sukses “mendinginkan” suasana, di tengah iklim politik yang memanas.
Tak hanya anggota DPD RI yang santap malam, ngobrol asyik dalam suasana akrab. Mereka berkomunikasi dengan baik, tak ada sekat antara yang baru dan yang lama.
Tampak pula, puluhan pewarta dari media cetak, elektronik, online dan televisi turut hadir di acara guyub, mencairkan suasana antara kelompok-kelompok dari pimpinan DPD in cumbent. Banyak dari antara DPD RI, kelihatan hadir.
Artis Bams Samson, Anwar Fuadi, Kevin Liliana Miss Internasional 2017 serta penyanyi Winda Idol, memberi refresing kepada sekitar 60 orang DPD muda hadir.
“Bukan untuk memihak atau dalam rangka dukung-mendukung sosok. Kita kumpul, nyanyi-nyanyi, silaturahmi,” ujar Sultan Najamudin, anggota DPD RI, yang mantan Wakil Gubernur Bengkulu itu, dalam kata sambutannya.
“Mari Bangun kekompakan dan persatuan menuju DPD RI bermartabat,” ujar Fachrul Razi, Senator DPD RI terpilih dari Aceh, inisiator malam keakraban itu. Harapannya, “Anak muda bisa menjadi mediator, untuk anggota DPD yang sudah senior, yang terlanjur punya sekat.”
Para senator Dewan Pimpinan Daerah (DPD-RI) periode 2019-2024, berhasil kumpul dalam “Acara Malam Keakraban”.
Belakangan memang sempat ada friksi, akibat pengesahan Tatib. Anggota DPD RI senior, “ngotot-ngototan” soal Tatib.
Sedang untuk anggota baru, belum terlalu mahfum apa yang membuat ricuh. Anggota DPD RI yang baru tak merasakan langsung adegan friksi itu. Mereka hanya memantau dari ramai di media massa dan medsos.
Malam Keakraban ini dinilai berhasil, di tengah demo-demo yang mengepung lokasi pertemuan anggota DPD RI itu, para Kandidat justru kelihatan bersenda-gurau.
Pria yang menurut survei Lembaga Riset dan Investigasi Multimedia, merupakan kandadit kuat untuk menjadi Ketua DPD RI ini , menyebut setelah pelantikan kemudian ada sidang untuk menampung suara-suara anggota DPD. Ini dilakukan sebelum dilakukan pemilihan Pimpinan DPD RI.
“Ya, memang nanti sepertinya akan seru, tapi terkendali,” ujar Jimly.
Untuk merubah tatib, menurut Jimly sepertinya agak sulit karena tanggal 3 Oktober 2019 sudah pemilihan MPR.
Jimly salut dengan 30 persen, yang terpilih terdiri dari anak-anak muda. “Perkembangan, fenomena baru. Cepatnya generasi kepemimpiman politik di Indonesia,” ujarnya.
Estafet kepemimpinan di bangsa kita, ini sesuatu yang sangat positif. Senator muda berkisar usia 40-an tahun. Bahkan, usia senator yang di bawah usia 30-an tahun ada sekitar 30 orang.
“Nanti, yang akan memimpin sidang sementara baik di DPR atau DPD, dari DPD. Usia anak muda, perempuan dari Sumatera Selatan berusia 22 tahun,” jelas Jimly, berharap juga ada representatif pimpinan DPD dari sosok anak muda yang berpengalaman, usia 40 tahunan, sebagai unsur penguatan DPD RI ke depan.
baca juga: majalah Matra edisi cetak — klik ini