Kala Kamu Menuduh Aku Menteri Pencetak Utang

Kami menyelesaikan/
Ribuan kilometer jalan raya, toll, jembatan/
Untuk rakyat, untuk kesejahteraan/
Kami menyelesaikan/
Puluhan embung dan air bersih/
bagi jutaan saudara kita yang kekeringan/
Puluhan ribu rumah/
untuk mereka yang memerlukan tempat berteduh/

Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang,

Kami bekerja menyediakan subsidi/
Jutaan sambungan listrik/
untuk rakyat/
untuk menerangi kehidupan, hingga pelosok/
Kami terus bekerja/
Meringankan beban hidup/
10 juta keluarga miskin/
Menyediakan bantuan pangan/
15 juta keluarga miskin/
Menyekolahkan 20 Juta anak miskin/
untuk tetap dapat belajar menjadi pintar/

Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang,

Kami bekerja siang malam/
Menyediakan jaminan/
agar 96.8 Juta rakyat terlindungi dan tetap sehat/
Merawat Ratusan ribu sekolah dan madrasah/
agar mampu memberi bekal ilmu dan taqwa/
bagi puluhan juta anak-anak kita untuk membangun masa depannya/
Kami tak pernah berhenti/
agar 472 000 mahasiswa menerima beasiswa untuk menjadi pemimpin masa depan/
20.000 generasi muda dan dosen berkesempatan belajar/
di universitas terkemuka dunia untuk jadi pemimpin harapan bangsa/
Puluhan juta petani mendapat subsidi pupuk, benih dan alat pertanian/
170.400 hektar sawah beririgasi untuk petani/
Jutaan usaha kecil mikro memiliki akses modal yang murah/
Jutaan penumpang kereta dan kapal yang menikmati subsidi tiket/
Jutaan keluarga menikmati bahan bakar murah/
Jutaan pegawai negeri, guru, prajurit, polisi, dokter, bidan, dosen/
hingga peneliti mendapat gaji dan tunjangan untuk mengabdi negeri/

Terus, Kami terus bekerja
agar 74.953 desa mampu membangun, membasmi kemiskinan/
8.212 kelurahan terbantu untuk melayani rakyat kebih baik/
Triliunan rupiah tersedia/
membantu saudara kita yang terkena bencana/
membangun kembali kehidupannya/

Dan masih banyak lagi yang aku mau ceritakan padamu/

Agar engkau TIDAK LUPA

Karena itu adalah cerita tentang kita/
Membangun Indonesi/

Aku tak ingin engkau lupa itu/
sama seperti aku tak ingin engkau lupa akan sejarah negeri kita/

Aku perempuan yang memenuhi panggilan ibu pertiwi/
Aku perempuan, Aku tidak surut demi kecintaanku kepada negeri/
Untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia./

Aku dan tujuh puluh enam ribu jajaran Kemenkeu, adalah KAMI.

KAMI TIDAK PERNAH LELAH MENCINTAI DAN MEMBANGUN INDONESIA.

Bagaimana engkau?

baca juga: wawancara ekslusif Sri Mulyani — klik ini — edisi cetak/print

Tinggalkan Balasan