Rilis  

Kolom Staff Dosen Stikom InterStudi

Kolom Staff Dosen Stikom InterStudi

Kompetensi SDM Di Era Digital

Oleh: Riyanto,SE.,M.Si  #e-mail: [email protected]

Kebutuhan tenaga kerja terampil semakin hari semakin penting keberadaannya dalm membangun dan mengolah sumber daya yang ada agar memiliki daya saing dan mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain, baik di tingkat lokal, regional dan global. 

Kebutuhan ini dirasakan semakin mendesak, karena tuntutan perkembangan globalisasi terus mengalir deras tanpa memandang batasan-batasan yang jelas.

Sungguhpun akibat globalisasi itu berdampak pada hilangnya beberapa jenis pekerjaan, yang berarti pula terdapat peningkatan jumlah sumber daya manusia yang harus diserap dalam dunia kerja.

Sebuah pertanyaan yang harus didaur dari awal agar permasalahan sumber daya manusia dan lapangan pekerjaan menghasilkan pemahaman yang adil dan elegan.

Beberapa jenis pekerjaan yang tergantikan dalam era globalisasi mendorong peran sumber daya manusia untuk memiliki kesiapan bukan hanya hard skill saja, tetapi ketrampilan soft skill, entrepreneurship skill serta digital skill juga harus mendapat perhatian yang tidak kalah penting.

Mengingat untuk dapat bersaing dan berkompetisi harus dibandung dalam diri sumber daya manusia itu mulai dari penetapan visi dan misi sebagai capaian individu yang harus terpenuhi.

Banyak sumber daya yang mengganggap hard skill merupakan kemampuan dasar yang harus dipenuhi dalam bersaing.

Itu benar adanya ketika persaingan hanya dalam tataran operasional dan bersifat lokal, namun ketika sudah berada pada tataran management skill, tuntutan penguasaan dan ketrampilan diri menjadi bergeser, bukan saja dapat mengatur dan memberikan petunjuk dan pemahaman.

Namun pola hidup dan kepribadian juga menjadi panutan yang akan dicontoh orang disekitar kita, artinya tanggung jawab terhadap diri dan lingkungan sebagai Attitude dan personal manner sudah menjadi bagian hidup.

Baca juga :  Lenovo Legion 5 Pro Laptop Gaming Favorit

Tataran untuk dapat bermain di lingup regional dan global, diperlukan adanya wawasan kebangsaan yang dapat menyatukan tekad untuk mendorong pertumbuhan dan membangkitkan motivasi diperlukan wawasan kebangsaan yang mampu menumbuhkan jiwa nasional.

Wawasan kebangsaan bukan saja diperlukan untuk membantu pemerintahan dalam menyiapdan dan  membangun sumber daya manusia, tetapi juga sebagai upaya strategis dalam mengelola sumber-sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemanusiaan.

Selain juga berfungsi sebagai identitas nasional dalam membangun, menjaga dan melestarikan lingkungan yang akan di wariskan kepada generasi muda sebagai generasi yang akan melanjutan kepemimpinan nasional.

Upaya membangun dan menciptakan iklim kompetisi bukan merupakan upaya sumber daya dalam bersaing memperebutkan lapangan kerja yang diciptakan oleh pemerintah, tetapi juga merupakan upaya-upaya untuk mandiri sebagai pribadi yang utuh.

Sikap fleksibiltas, inovasi dan kreatif dalam berpikir merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan daya kreasi untuk tampil sebagai jiwa entrepreneur.

Wilayah Indonesia yang luas dan terdiri dari ribuan pula membutuhkan entrepreneur yang kreatif dan inovatif untuk membantu pemerintah dalam mengelola dan mengolah sumber daya alam.

Sumber daya alam yang melimpah dan masih banyak yang membutuhkan sentuhan-sentuhan baru di bidang teknologi, informasi dan  menambah nilai ekonomis agar memiliki nilai tambah.

Dengan jumlah angkatan tenaga baru sebesar 2 Juta per tahuan yang diproduksi oleh berbagai sumber dan rata-rata belum memiliki pengalaman dan umumnya masih memiliki idialisme yang tinggi.

Baca juga :  Catatan Pinggir Ahwil Lutan: Tsunaimi Aceh, Meksiko dan Terus Bersyukur

Belum lagi sejumlah tenaga kerja yang terkena hubungan pemutusan kerja (PHK). Ini merupakan sumbangan masalah ketenagakerjaan yang belum terselesaikan.

Lembaga pendidikan dan balai latihan masih belum sepenuhnya berorientasi kepada pemahaman sebuah kerja dalam arti yang sesungguhnya, artinya masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Lantas apakah tenaga kerja kalah bersaing di tingkat regional dan global? Secara statistic dapat dikalahkan demikian dalambersaing dengan negara-negara Singapura, Malaysia dan Thailand.

Belum ada informasi yang mengerucut apakah sumber daya itu yang bekerja di sektor formal atau informal.

Yang jelas bahwa dengan revolusi industri 4.0 terdapat juga semubah sumber daya yang ikut bermigrasi menuju digital skill, karena tuntutan pekerjaan. Namun pertumbuhan wirausaha baru (entrepreneur) mendorong pertumbuhan dan persingan sumber daya tingkat local berfluktuasi sungguhpun dalam kondisi pandemic covid-19 yang belum diketahui kapan berakhirnya.

Sementara itu masih terdapat beberapa pasar tenaga kerja yang diisi oleh orang-orang yang tidak berkompeten dalam bidangnya.

Ini bukan lantaran tidak dapat bekerja, namun sebuah kondisi yang seharusnya tidak diisi oleh orang itu yang mestinya bekerja pada bidang yang lebih memiliki kompentsi. Seperti di bidang pertanian, pabrikan dan sejumlah jasa.

Tantangan transformasi dalam sumber daya manusia masih menyisihkan beberapa pekerjaan yang perlu diselesaikan.

Yang jelas perubahan digitalisasi pekerjaan memberikan perubahan dan kecepatan yang harus dilawan dengan penyiapan sumber daya manusia secara personal dengan pemahaman tekad yang kuat dari masing-masing individu.

Artinya ketrampilan, pemahaman, keterbukaan dan kedewasaan juga menjadi ukuran kematangan sumber daya manusia. Sehingga ini juga memberikan dampak terhadap pemenuhan angkatan tenaga kerja.

Baca juga :  Satgas Covid- 19 BNN RI

Ke depan sejalan dengan perkembangan informasi dan globalisasi, pendidikan dan pelatihan yang lebih ramai dan bervariasi  berdasarkan temuan INDEF tahun 2020,  pendidikan dan pelatihan berbasis teknologi dengan kisaran angka 28,2%, dibanding dengan sektor lainnya seperti pelayanan jasa 14,8% .

Untuk teknisi 14,2 % kemudian bergeser kepada faktor-faktor marketing 9,1%, layanan soft skill 9,1%, dan kewirausahaan 5,2 %dan keamanan kerja 2,5%, komunikasi 1,8%, administrasi dan akutansi 1,4%, bahasa 0,7 % dan sisanya 12,8 % tidak tahu.

Ini artinya terjadi pergeseran dalam pemahaman terhadap sumber daya manusia. Karena dalam era disrupsi teknologi juga membawa dampak pada pemahaman yang berkontribusi langsung terhadap pengembangan sumber daya manusia.

Isu-isu yang berkaitan dengan transformasi Badan Latihan Kerja, Link & Match  ketenagakerjaan, pengembangan ekosistem digital ketenagakerjaan, pengembangan talenta muda dan perluasan pasar ke luar negeri.

Hal ini akan memberikan kondisi baru pada lembaga pendidikan dan Letihan kerja untuk berorientasi kepada vocational training untuk memudahkan akses dan mutu dalam mengkreasi skilling, dan up-skilling serta re-skilling sesuai kebutuhan masing-masing pasar sumber daya agar tetap dapat berkotribusi kepada pengembangan dan perlusan keahlian dan ketrampilan untuk dapat berkontribusi kepada pembangunan masyarakat Indonesia.

Sebagai sumber daya yang memiliki daya saing tidak lagi menunggu lapangan pekerjaan seperti apa yang di buka dan disediakan pemerintah, namun justru akan membantu dan berkontribusi dengan pemerintah ikut membuka lapangan kerja baru sebagai wirausaha-wirausaha baru yang tanggung di masa yang akan datang.

 

 

Tinggalkan Balasan