MATRANEWS.ID – Komunitas Perempuan Indonesia kembali menggelar acara sosialisasi di SMAn1 Panggarangan, kecamatan Panggarangan Lebak, Banten. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemahaman gender di lingkungan pendidikan.
Dalam program “Goes to Kampus dan Sekolah” yang didukung oleh Indonesia untuk Kemanusiaan (IKA), komunitas ini mengunjungi SMAn 1 Panggarangan,, Banten. Acara ini tidak hanya menjadi platform untuk membangun pemahaman tentang peka gender tetapi juga berkolaborasi dengan Komunitas Peduli Pantai dan Laut.
Bu Lilis, perwakilan sekolah dari Wakil Kepala Sekolah bidang agama, dengan penuh semangat menyampaikan pesan kepada para muridnya. Ia menegaskan agar mereka tidak membuang-buang waktu selama acara ini. Sebagai peserta, ia menginginkan agar mereka fokus dan benar-benar mendengarkan setiap detil presentasi hingga akhir.
Dalam sambutannya, Bu Lilis tidak hanya berbicara tentang pentingnya acara ini, namun juga menyoroti tema kesetaraan gender. Ia menekankan bahwa di lingkungan pendidikan, baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kewajiban yang setara.
Aisyah, yang mewakili Komunitas Pantai dan Laut, juga memberikan pandangannya. Meskipun fokus pada lingkungan pantai, ia menekankan bahwa peran perempuan sangat penting dalam menjaga dan merawat laut. Sosialisasi ini dianggapnya sebagai kesempatan untuk memberikan pemahaman dasar kepada teman-teman sebaya.
Acara ini berhasil mengumpulkan 81 peserta, menunjukkan antusiasme yang tinggi dari siswa-siswi SMA 1 Panggarangan. Semoga pesan-pesan penting tentang pendengaran aktif dan kesetaraan gender dapat menginspirasi mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Pendiri Komunitas Perempuan Indonesia, Wiwit Musa’adah, sebagai narasumber utama, dengan tegas menguraikan aspek-aspek krusial terkait kesetaraan gender di konteks pendidikan. Dalam penyampaiannya, Wiwit juga menghadirkan beberapa contoh kasus yang signifikan dengan kehidupan sehari-hari, memberikan dimensi praktis pada permasalahan-permasalahan tersebut.
Selama eksposisinya, Wiwit tidak hanya membatasi diri pada topik kesetaraan gender, melainkan juga memerinci konsekuensi dari kekerasan seksual yang mungkin terjadi di lingkungan sekolah. Penyajian materinya dilengkapi dengan data-fakta yang menggambarkan kompleksitas masalah ini dan mengajak para siswa untuk lebih mendalam dalam pemahamannya.