Di dalam sejarah, aksi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang kemudian mendirikan surat kabar yang berskala nasional yaitu Harian KAMI.
Harian KAMI secara resmi diterbitkan oleh mahasiswa pada tanggal 17 Juni 1969 dengan tujuan mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan KAMI dan menyebarluaskan ke seluruh Indonesia.
Banyak sosok di era media cetak yang tergabung di Koran Harian Kami, sebut saja, almarhum Christianto Wibisono.
Bahkan Founder Kata Data menyebut The Legends.
Empat tokoh yang ‘bercerita’ banyak tentang perjalanan politik dan ekonomi Indonesia. Ismid Hadad, Emil Salim, Nono Anwar Makarim, Goenawan Mohamad.
Perkenalan dan persahabatan mereka yg sudah berpuluh tahun amat mengagumkan. Sepanjang itu pula cita-cita dan harapan tentang Indonesia yg lebih baik, mereka bangun.
Emil Salim yang tertua, 91 tahun. GM yang termuda, 80 tahun.
Tiga di antaranya adalah jurnalis: GM, Nono dan Ismid pernah bekerja dan memimpin harian KAMI. Sedangkan Emil adalah kolumnis pertama yang mengirimkan artikel ke harian KAMI.
“Artikel itu diantarkannya sendiri ke kantor KAMI,” kata GM, “Dari situ saya tahu bahwa Emil Salim adalah penulis yang serius.”
Emil, Nono dan Ismid juga pendiri Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), lembaga think tank yg berisi para intelektual muda.
Dari lembaga pemikir ini kemudian lahir majalah Prisma yg legendaris, dan menjadi bacaan para mahasiswa dan aktivis di era 1980-an saat melawan rezim Orde Baru.
Ada juga yang bertanya, apakah HARIAN KAMI.com mengambil momentum saat Deklarasi Gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), besutan Din Syamsuddin.
Setiap Jaman Ada Masa dan Orang-nya, Setiap Orang Ada Masa dan Jamannya.
Yang jelas. Hariankami.com ini independen. Mereka sudah banyak makan asam garam di dunia jurnalistik. Sosok yang berintegritas.
BACA JUGA: majalah eksekutif edisi Mei 2022, klik ini