PANGKOSTRAD Letjen TNI Dudung Abdurachman meminta Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo lakukan tabayyun
Soal Apa?
Mengenai penyebutan komunisme menyusup ke TNI karena hilangnya patung Soeharto di Kostrad.
Apalagi setelah berita ini jadi trending berita nasional. Beberapa pertanyaan muncul. Termasuk viral di grup WA Wartawan ABRI 1990-2000 dan kemudian menyebar ke masyarakat umum.
Menjadi geger, bermula dari prasangka Gatot Nurmantyo, soal tudingan yang terlalu jauh. Ditambah dengan bumbu-bumbu politik jadi ramai.
Gatot Nurmantyo: Sudah Ada Penyusupan Paham Komunis di Tubuh TNI
“Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata, baru saja terjadi adalah Museum Kostrad,” ungkap Gatot pada acara webinar yang berjudul ‘TNI Vs PKI’ pada Minggu (26/9) kemarin.
Gatot menyebut, betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu.
Di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G30SPKI di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO.
“Ini tunjukkan bahwa mau tidak mau kita harus akui, dalam menghadapi pemberontakan G30SPKI, peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus yang dulu Resimen Para Komando dan Sarwo Edhie, dan peran Jenderal Nasution,” kata Gatot.
“Peran KKO jelas akan dihapuskan dan (tiga) patung itu sekarang tidak ada, sudah bersih,” demikian Gatot menjawab moderator webinar, yang menanyakan lebih jauh soal hilangnya diorama di Makostrad.
Gatot Nurmantyo lantas menjelaskan lebih lanjut bahwa dirinya mendapatkan informasi dari utusan yang dikirimnya ke Museum Makostrad.
Dia menyebut pada kondisi saat ini diorama di Museum Makostrad yakni patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan Nasution beserta 7 pahlawan revolusi sudah hilang.
“Saya mendapat informasi walau bagaimanapun saya mantan Pangkostrad baru akhir akhir ini,” ujar Gatot.
Ia pun menyebut, diorama bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, sama Pak Nasution. Tapi juga tujuh pahlawan revolusi sudah tidak ada di sana.
“Dan khusus di ruangan Pak Harto mencerminkan penumpasan pemberontakan G30SPKI dikendalikan oleh Pak Harto di markasnya,” kata Gatot dalam suara keras.
“Saya tadinya tidak percaya tapi saya utus seseorang yang tidak bisa saya sebutkan di sana dan memfoto ruangan itu dan dapatkan foto dari video itu yang terakhir sudah kosong,” sambung Gatot.
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menyatakan bukti komunis masih ada di Indonesia
Penegasan Gatot, dengan mengambil sampel terkhusus di institusi TNI dapat dilihat dari hilangnya sejumlah barang di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat (Jakpus).
Barang-barang yang dihilangkan, sambung Gatot, adalah yang berkaitan dengan peristiwa penumpasan komunisme di Tanah Air pada era Orde Lama.
Dia menyebut insiden ini lantas membuktikan adanya kemungkinan sudah berkembangnya paham komunis di tubuh TNI.
“Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI,” tuturnya
Ini Tanggapan Pangkostrad Sekarang
Letjen TNI Dudung Abdurachman membantah tuduhan mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo mengenai komunisme menyusup ke TNI, karena hilangnya patung Soeharto dkk di Markas Kostrad.
Letjen Dudung menegaskan hal itu adalah tuduhan yang keji.
“Patung tiga tokoh di Museum Darma Bhakti Kostrad, yakni Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD) memang sebelumnya ada di dalam museum tersebut,” katanya.
“Patung tersebut dibuat pada masa Panglima Kostrad Letjen TNI AY Nasution (2011-2012),” kata Dudung dalam keterangan yang diterima wartawan, Senin (27/9/2021).
Letjen Dudung mengatakan patung itu kini telah diambil kembali oleh Letjen Purn AY Nasution.
Pengambilan patung itu karena alasan pribadi dan atas izin Dudung.
“Kini patung tersebut, diambil oleh penggagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang meminta izin kepada saya selaku Panglima Kostrad saat ini,” katanya.
“Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan,” tuturnya.
Letjen Dudung menepis jika pengambilan patung itu disimpulkan TNI melupakan peristiwa G-30S-PKI.
“Jika penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan bahwa kami melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G-30S-PKI tahun 1965, itu sama sekali tidak benar,” jelasnya.
Siapa AY Nasution?
Azmyn Yusri Nasution adalah sosok di balik patung-patung diorama penumpasan PKI.
Hilangnya diorama itu disorot oleh mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan dihubung-hubungkan dengan kebangkitan PKI.
Letjen (Purn) AY Nasution adalah orang yang punya ide menempatkan patung-patung itu di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat.
AY Nasution pulalah yang meminta patung-patung itu dibongkar karena alasan agama.
Patung-patung itu menggambarkan sosok Soeharto, Letjen TNI Sarwo Edhie Wibowo, dan Jenderal AH Nasution. Tiga tokoh itu adalah penumpas PKI.
AY Nasution adalah mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
Dulu, dia menjabat Pangkostrad pada 2011, menggantikan Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, yang saat itu diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
Tegaskan TNI AD Tidak Disusupi PKI
“Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu,” kata Letjen Dudung.
Oleh sebab itu, Letjen Dudung menilai tudingan Jenderal Purn Gatot bahwa TNI disusupi PKI gegara patung itu tidaklah benar.
“Jadi, tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI. Itu tudingan yang keji terhadap kami,” katanya.
“Seharusnya Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo selaku senior kami di TNI, terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan bisa menanyakan langsung kepada kami, selaku Panglima Kostrad,” jelasnya.
“Dalam Islam, disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa,” jelasnya.
Barang Milik Mantan Presiden Soeharto Juga Masih Ada
“Foto-foto peristiwa serta barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNi Soeharto saat peristiwa 1965 itu masih tersimpan dengan baik di museum tersebut,” jelasnya.
“Hal ini sebagai pembelajaran agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI dan terbunuhnya pimpinan TNI AD serta Kapten Piere Tendean,” imbuh dia.