Wawancara Eksklusif S.S Budi Raharjo ke Presiden Terpilih

Prabowo Subianto Menikah di Bulan Mei

Wawancara Eksklusif S.S Budi Raharjo ke Presiden Terpilih

MATRANEWS.id Wawancara Eksklusif dengan S.S. Budi Raharjo: Menyelami Sosok Prabowo Subianto

Dalam suasana yang hangat dan santai, S.S. Budi Raharjo, CEO Majalah Eksekutif dan Pemred Majalah Matra, melakukan wawancara eksklusif dengan Prabowo Subianto.

Pria yang akrab disapa “08” ini, meskipun memiliki latar belakang militer yang kental, menunjukkan sisi humanis yang menarik.

Sikap lugas dan tegasnya terbalut dalam formalitas yang tidak menghilangkan nuansa akrab dalam percakapan.

Hal ini menentang anggapan yang selama ini berkembang di masyarakat bahwa ia memiliki sifat temperamental.

Terutama saat ditanya mengenai kehidupan pribadi, Prabowo menunjukkan sikap terbuka yang jarang terlihat di kalangan politisi.

Di luar dugaan, jawaban Prabowo atas pertanyaan, kapan dia akan menikah kembali, sangat diplomatis, berkualitas dan mengandung jenaka.

Kalimat yang digunakannya, campuran antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, artinya hanya mereka yang paham dua bahasa itu yang bisa menyimak maknanya.

Pertanyaan itu dijawabnya dengan cara berkelakar tetap serius menandakan Prabowo adalah seorang sosok yang punya sense of humor yang berkualitas.

Kenangan Masa Lalu

Prabowo dan Titiek Soeharto menikah pada 8 Mei 1983, dan meskipun perjalanan rumah tangga mereka tidak selalu mulus, keduanya memiliki seorang putra, Didit Prabowo.

Sepanjang pernikahan, mereka sering berpindah tempat tinggal akibat tugas Prabowo sebagai perwira TNI, hingga akhirnya perceraian mereka pada Mei 1998.

Setelah perceraian, Prabowo menghabiskan waktu di luar negeri sebelum kembali ke Indonesia dan terjun ke dunia usaha.

Sejak 2003, ia aktif dalam berbagai inisiatif sosial, berfokus pada kemandirian pangan dan pemberdayaan masyarakat kecil.

Dalam wawancara ini, Prabowo tidak menunjukkan tanda-tanda kemarahan meskipun pertanyaan mengenai kehidupan pribadinya bisa dianggap sensitif.

Ia berusaha menjauhkan citra militeristik yang sering kali dilekatkan padanya.

“Saya keluar dari tentara dengan segala predikat dan cerita,” ujarnya. Prabowo berkomitmen untuk menjadi pemimpin yang tidak otoriter, mengingatkan publik bahwa dia adalah sosok yang mau mendengarkan kritik.

Baca juga :  Selamat Hari Penerjemahan Internasional, 30 September – – SastraMagz.com

Penampilannya yang sederhana dengan setelan safari krem dan kopiah menjadi simbol dari citra kepemimpinan yang dirindukan rakyat.

Ia tidak sungkan berinteraksi dengan masyarakat, seringkali terlihat berpelukan dengan warga yang menyambutnya dengan hangat.

Banyak yang menyebutnya sebagai “Soekarno kecil” atau “Macan Asia”, menunjukkan harapan rakyat akan kepemimpinannya.

Wawancara dengan S.S. Budi Raharjo memberikan gambaran mendalam tentang sosok Prabowo Subianto yang lebih humanis dan tidak seseram yang dibayangkan banyak orang.

Dengan sikap terbuka dan keinginan untuk mendengarkan, Prabowo menunjukkan bahwa dia bukan hanya seorang politisi, tetapi juga seorang individu yang memahami tantangan dan harapan masyarakat.

Di tengah berbagai stigma yang melekat padanya, Prabowo terus berusaha menegaskan dirinya sebagai pemimpin yang peduli dan mengayomi.

Prabowo Presiden Terpilih Akan Menikah di Bulan Mei? – Harian Kami

Prabowo sama sekali tidak meradang hanya karena pertanyaan soal status pernikahannya.

Ketika pertanyaan mengenai status pernikahannya muncul, Prabowo menjawab dengan diplomatis dan penuh humor.

“May,” katanya, yang merujuk pada bulan Mei, diikuti dengan, “Yah, maybe yes, maybe no.”

Jawaban tersebut menggugah tawa, sekaligus menunjukkan bahwa ia tak merasa tertekan dengan pertanyaan tersebut.

Momen lucu ini mencerminkan Prabowo sebagai sosok yang tidak hanya serius, tetapi juga memiliki selera humor yang tinggi.

Percakapan berlanjut dengan banyak guyonan, menjadikan suasana semakin cair dan nyaman.

Sebuah obrolan yang terbuka dan demokratis.

Ia bukan sosok yang teramat serius ketika membahas sesuatu. Bahkan, berkali-kali ia melontar joke-joke ringan yang membuat banyak orang tertawa. Membuat suasana menjadi cair.

Pernikahan Prabowo dan Titiek digelar pada 8 Mei 1983.

Meskipun terdampak oleh isu politik kekerabatan, Prabowo dan Titiek tetap teguh dan melanjutkan pernikahan mereka.

Dari pernikahan tersebut, pasangan ini diberkahi dengan kelahiran seorang putra bernama Ragowo Hedi Prasetyo, yang lebih dikenal dengan nama Didit Prabowo.

Baca juga :  Peluncuran Amsinews: Platform Agregator Konten AMSI untuk Memperluas Jangkauan Media Siber Indonesia

Didit, yang saat ini sukses sebagai seorang desainer, lahir pada tanggal 22 Maret 1984 di Jakarta.

Dalam kurun waktu 12 tahun pernikahan, Prabowo dan Titiek seringkali mengalami perpindahan tempat tinggal, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Hal ini disebabkan oleh penugasan Prabowo yang pada saat itu masih aktif sebagai perwira TNI.

Namun, pada 1995, muncul isu mengenai retaknya hubungan rumah tangga antara Titiek Soeharto dan Prabowo. Kondisi tersebut juga sejalan dengan konflik antara ayah Prabowo dan Soeharto.

Kritik yang disampaikan Soemitro terhadap pemerintahan Soeharto akhirnya memperkuat spekulasi mengenai perceraian antara Titiek dan Prabowo, yang dicampuri unsur politik.

Runtuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998 turut berdampak pada pernikahan Prabowo dan Titiek. Pasangan ini resmi bercerai pada Mei 1998.

Tahun yang sama, Prabowo juga dipecat dari militer karena dituduh terlibat dalam upaya pelengseran Soeharto.

Selain itu, Prabowo saat itu juga dihadapkan pada tuduhan serius terkait pelanggaran hak asasi manusia terhadap aktivis-aktivis tahun 1998.

Setelah bercerai dengan Titiek, Prabowo memutuskan untuk meninggalkan Indonesia. Ia tinggal di Yordania selama beberapa waktu guna menjaga keamanan dirinya, tindakan tersebut dilakukan hingga kondisi politik dan pemerintahan Indonesia pulih setelah peristiwa 1998.

Itulah Presiden terpilih Prabowo.

Setelah tidak aktif di kemiliteran sejak 1998, sosok yang bernama Prabowo Subianto, memang lebih banyak menghabiskan waktunya di Yordania dan sejumlah negara di Eropa dan Asia.

Putra begawan ekonomi Alm. Sumitro Djojohadikusumo ini terjun ke dunia usaha, membantu adiknya Hashim Djojohadikusumo, yang sudah lebih dulu sebagai pengusaha minyak di Kazakhstan.

Kembali ke Indonesia, sejak 2003, mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad rajin memaparkan visinya tentang kemandirian pangan dan produktivitas. Walau kerap diejek, mengerti apa soal ekonomi.

Baca juga :  Satpam Seragam Cokelat, Makin Membuat Rasa Aman Warga Kompleks

Ia sangat aktif sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia dan Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Seluruh Indonesia. Kunjungan ke daerah-daerah, memberikan pelatihan-pelatihan kepada para petani dan pedagang kecil.

Maka, stigma ditempelkan dan tuduhan ditudingkan, bahwa Prabowo akan menjadi Hugo Chavez versi Indonesia dengan melakukan nasionalisasi.

Apalapi jiwa dan semangat nasionalis yang membara dalam diri Prabowo, ditunjukkannya dengan kesibukannya yang seabrek berhubungan dengan masyarakat kecil. Kaum nasionalis pun, sedikit demi sedikit melekat padanya.

Didukung penampilan laiknya Bung Karno. Hampir selalu mengenakan setelan yang sama dengan model sederhana ala pejuang 45.

Senyumnya terus mengembang, mengenakan kopiah. Terlihat selalu mengenakan pakaian khasnya, setelan safari warna krem dengan banyak kantong.

Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus ini mengatakan, dia menyukai pakaian model ini karena praktis. Soal lengannya yang selalu dilipat, Prabowo mengatakan itu hanya model.

Sebagai tokoh yang berwibawa, seakan menggurat asa dari ciri-ciri kepemimpinan yang dirindukan dan disenangi rakyat: tegas, jujur, dan berwibawa.

Tak sungkan untuk berpelukan jika ada rakyat yang merangkul. Teramat jauh dari kesan sangar yang banyak dipersepsikan banyak orang.

Justru Prabowo memberi kesaksian, sebagai seorang yang terbuka, salah satu sifat positifnya, ia mau berdialog atau mendengarkan kritik tentang dirinya.

Di mata rakyat kecil yang tersebar di pedesaan, banyak pengistilahan dilekatkan pada tokoh ini. Ada yang menyebutnya seorang ‘Soekarno kecil’, ‘titisan Gajah Mada’, ‘Macan Asia’ dan lain-lain.

“Saya keluar dari tentara dengan segala predikat dan cerita,” ujar Prabowo, yang kemudian menyampaikan jaminan, tidak akan jadi presiden yang tangan besi atau militeristik.

Meski telah bercerai dan menjalani hidup terpisah, Prabowo dan Titiek hingga saat ini memilih untuk tidak menikah lagi dengan orang lain.

Keduanya mulai mendekat kembali dan sering menjadi sorotan media, terutama ketika Prabowo kembali aktif di dunia politik. Mulai dari pencalonan sebagai capres sejak 2014 hingga sekarang, keduanya tampak saling mendukung karir politik masing-masing.

Tinggalkan Balasan