MATRANEWS.id – Kinerja Perum BULOG di bawah kendali Budi Waseso tampaknya makin menjadi perhatian publik. Berbagai gagasan brilian Direktur Utama ini menjadi wujud inovasi BUMN ini. Salah satu inovasi yang menyedot perhatian publik adalah diluncurkannya beras berfortifikasi (bervitamin).
Perum BULOG terus mendukung penuh rencana Pemerintah untuk menciptakan SDM unggul melalui strategi percepatan pencegahan stunting (anak kerdil) dan program percepatan perbaikan gizi masyarakat. Salah satunya adalah melalui penyediaan pangan yang sehat yaitu beras berfortifikasi.
Hal itu dipaparkan langsung oleh Direktur Utama Perum BULOG Budi Waseso pada Seminar Nasional dengan tema “Pemetaan Masalah dan Solusi Penangangan Stunting” dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional tahun 2020 bertempat di Rumah Sakit Ulin, Banjarmasin, Sabtu (8/2).
“Perum BULOG siap bekerjasama dengan semua pihak, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah guna memberikan layanan pangan yang menambah gizi bagi masyarakat, maupun dengan konsumen di setiap lini untuk penyediaan pangan sehat bergizi tersebut,” kata Budi Waseso.
Seminar yang dihadiri oleh 300 peserta ini dibuka dengan keynote speech oleh Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy. Hadir juga narasumber lainnya dalam seminar itu, yakni Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Direktur Komunikasi Danone Indonesia Arif Mujahidin.
Dalam paparannya Budi Waseso menyampaikan bahwa beras fortifikasi dapat menjadi jembatan integrasi kebijakan antar program Pemerintah. Sehingga dapat mengurangi serta menangani prevalensi stunting dan anemia di Indonesia melalui integrasi dengan program BPNT/Kartu Sembako, pengelolaan CBP serta program pangan lainnya.
“Dengan integrasi kebijakan, diharapkan dapat menghasilkan SDM berkualitas dan mampu menjadi motor penggerak pembangunan bangsa yang kreatif, produktif dan berdaya saing tinggi,” ujarnya.
Beras fortifikasi atau beras bervitamin yang akan disalurkan oleh BULOG merupakan beras sehat yang diperkaya dengan beberapa mikronutrien seperti vitamin A, vitamin B1, vitamin B3, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, zat besi dan seng (Zn).
Menurut Budi Waseso, BULOG ingin membangun kesepahaman tentang beras bervitamin ini, proses produksi dan rencana pengembangan kernel sebagai local production serta membangun kesepahaman pentingnya integrasi antar program Pemerintah dalam percepatan pencegahan dan penanganan stunting, juga terhadap ketahanan pangan.
Harapannya, seminar ini dapat memberikan manfaat bagi semua, terutama dalam terwujudnya ketersediaan dan keterjangkauan pangan yang sehat dan bergizi bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Bicara fortifikasi pangan di Indonesia, sebenarnya ini bukan hal baru. Pada 1986, Pemerintah melalui Kemenkes telah berhasil mengatasi masalah penyakit gondok melalui kebijakan yang mewajibkan fortifikasi garam dengan Iodium.
Pada 2003, Pemerintah juga telah mewajibkan fortifikasi Tepung Terigu dengan enam jenis vitamin dan mineral. Fortifikasi Minyak Goreng dengan Vitamin A juga sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu dan sedang dalam proses untuk diwajibkan.
“Oleh karena itu, terkait dengan tugas BULOG untuk mendukung program Pemerintah dalam intervensi gizi sensitif melalui peningkatan akses pangan bergizi, BULOG telah berinovasi dengan menyiapkan beras fortifikasi yang salah satunya dapat disalurkan kepada masyarakat berpendapatan rendah dengan harapan dapat semakin berdaya ungkit untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat,” pungkas Budi Waseso. (Abdul Kholis)