MATRANEWS.id –– Facebook Berubah Nama Menjadi Metaverse ditanggapi Ketua Forum Pimpinan Media Digital Indonesia, S.S Budi Raharjo, dalam laman Facebook-nya.
“Layanan seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp tetap tak berganti nama,” CEO majalah eksekutif dan Pemred Majalah MATRA serta Pimpinan Umum di Hariankami.com ini memposting, hal ini di FB.
Facebook Inc, perusahaan induk yang menaungi tiga media sosial besar, Facebook, Instagram, dan WhatsApp resmi mengganti nama menjadi Meta Platforms Inc., atau Meta singkatnya.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris–Metaverse adalah literasi masa depan yang spekulatif dari Internet, terdiri dari ruang virtual 3D yang terus-menerus, bersama, yang terhubung ke alam semesta virtual yang dirasakan.
Metaverse bisa menjadi dunia komunitas virtual tanpa akhir yang saling terhubung, di mana orang dapat bertemu, bekerja, dan bermain.
Hal ini diinformasikan oleh CEO Facebook Mark Zuckerberg dalam konferensi tahunan pada Kamis (28/10/2021) waktu setempat atau Jumat (29/10/2021).
Perubahan nama ini turut mempengaruhi kode saham perusahaan, dari yang sebelumnya FB menjadi MVRS per 1 Desember 2021.
Zuckerberg mengatakan, Meta ingin menciptakan ekosistem digital berbiaya rendah.
Dia menilai, kurangnya pilihan bagi konsumen dan biaya tinggi menghambat inovasi dan menghambat ekonomi internet.
“Kami ingin layanan kami dapat diakses oleh sebanyak mungkin orang, yang berarti bekerja untuk membuatnya lebih murah. Akibatnya, miliaran orang menyukai layanan kami dan ratusan juta bisnis mengandalkan alat kami,” kata Zuckerberg dalam surat terbuka dikutip dari situs resmi Meta, Jumat (29/10/2021).
Apa yang bisa dilakukan di Metaverse?
KIta bisa melakukan hal-hal seperti pergi ke konser virtual, melakukan perjalanan online, melihat atau membuat karya seni dan mencoba atau membeli pakaian digital.
Metaverse juga bisa menjadi game-changer untuk shift kerja dari rumah di tengah pandemi Covid-19. Alih-alih melihat rekan kerja di kotak panggilan video, karyawan dapat bergabung dengan mereka di kantor virtual.
Facebook telah meluncurkan meeting software untuk perusahaan, yang disebut Horizon Workrooms untuk digunakan dengan headset Oculus VR-nya.
Headset berharga US$300 atau lebih, membuat pengalaman metaverse paling mutakhir di luar jangkauan banyak orang. Bagi mereka yang mampu membelinya, pengguna akan dapat berpindah di antara dunia virtual yang dibuat oleh perusahaan yang berbeda.
“Banyak pengalaman metaverse akan ada di sekitar kemampuan untuk berteleportasi dari satu pengalaman ke pengalaman lainnya,” kata Zuckerberg.
Perusahaan teknologi masih harus mencari cara untuk menghubungkan platform online mereka satu sama lain. “Untuk membuatnya bekerja, akan membutuhkan platform teknologi yang bersaing untuk menyetujui serangkaian standar, jadi tidak ada orang di metaverse Facebook dan orang lain di metaverse Microsoft,” kata Petrock.
Apakah metaverse hanya proyek Facebook? Tidak. Ada beberapa perusahaan lain yang membicarakan metaverse termasuk Microsoft dan pembuat chip Nvidia.
“Kami pikir akan ada banyak perusahaan yang membangun dunia dan lingkungan virtual di metaverse, dengan cara yang sama ada banyak perusahaan yang melakukan sesuatu di World Wide Web,” kata wakil presiden platform Omniverse Nvidia, Richard Kerris.
Richard menambahkan, bahwa metaverse sangat penting untuk terbuka dan dapat diperluas, sehingga Anda dapat berteleportasi ke dunia yang berbeda baik itu oleh satu perusahaan atau perusahaan lain, dengan cara yang sama Anda dapat berpindah dari satu halaman web ke halaman web lain.
Sebuah perusahaan video game juga turut mengambil peran utama. Epic Games, perusahaan di balik video game Fortnite yang populer, telah mengumpulkan US$1 miliar dari investor untuk membantu rencana jangka panjangnya membangun metaverse.
Platform game Roblox adalah pemain besar lainnya, menguraikan visinya tentang metaverse sebagai tempat di mana orang-orang dapat berkumpul bersama dalam jutaan pengalaman 3D untuk belajar, bekerja, bermain, berkreasi, dan bersosialisasi.
Merek suatu konsumen juga mencoba mengikuti tren. Rumah mode Italia Gucci berkolaborasi pada bulan Juni dengan Roblox untuk menjual koleksi aksesori khusus digital. Coca-Cola dan Clinique telah menjual token digital sebagai batu loncatan ke metaverse.
Perubahan nama menjadi Meta untuk mencerminkan tujuan besar yang tengah dibangun perusahaan. Zuckerberg memang menggaungkan istilah Metaverse, yakni penggabungan antara dunia nyata dengan virtual.
Dengan pendekatan ini, dia ingin layanan jejaring media sosialnya dan layanan lain bisa diakses banyak orang dengan biaya rendah termasuk biaya iklan untuk mendukung ekonomi kreatif di dunia.
“Aplikasi seluler kami gratis. Model iklan kami dirancang untuk memberikan harga terendah bagi bisnis. Alat perdagangan kami tersedia dengan biaya atau dengan biaya sederhana.”
“Alat perdagangan kami tersedia dengan biaya sederhana. Itulah pendekatan yang ingin kami bawa untuk membantu membangun metaverse,” ucap Zuckerberg.
Biaya yang rendah membuat Zuckerberg berharap dalam dekade berikutnya, Metaverse akan menjangkau 1 miliar pengguna, menampung ratusan miliar dolar perdagangan digital, dan mendukung pekerjaan bagi jutaan pembuat konten dan pengembang.
“Kami bertujuan untuk menawarkan layanan pengembang dan pembuat konten dengan biaya rendah dalam sebanyak mungkin kasus, sehingga kami dapat memaksimalkan ekonomi kreatif secara keseluruhan,” tutur dia.
Di sisi lain, dia berjanji privasi pengguna akan menjadi konsennya untuk mencegah kebocoran data.
Facebook sempat dirundung masalah karena kebocoran data pengguna beberapa waktu lalu. Bahkan, Zuckerberg dalam surat terbukanya mengaku ada banyak hal yang merendahkan reputasi perusahaannya selama lima tahun terakhir.
“Privasi dan keamanan perlu dibangun ke dalam metaverse sejak hari pertama. Begitu juga standar terbuka dan interoperabilitas,” Zuckerberg memaparkan.