Fenomena Relawan Politik Di Pilpres 2019

Fenomena Relawan Politik Di Pilpres 2019
Relawan politik/foto : beng

Matranews.id – Kesuksesan Jokowi-JK pada pilpres 2014 lalu seolah menunjukkan bahwa kemenangan yang mereka peroleh adalah kemenangan rakyat Indonesia karena banyaknya kelompok relawan yang ikut serta dalam menentukan kemenangannya. Kemenangan yang didapat dari hasil kerja para relawan politik di Pilpres 2014 ternyata di 2019 mendapat persaingan sengit dari munculnya berbagai fenomena baru yang saat ini justeru bermunculan di kubu Prabowo Sandi menandingi relawan petahana.

Fenomena relawan untuk penguatan suara akan perubahan politik yang dianggap sebagian orang menginginkan suasana pemerintahan baru dari rezim yang berkuasa saat ini,  semakin kuat disuarakan di awal tahun politik sejak 2018 dengan munculnya tagar ganti presiden yang dimotori oleh anggota DPR RI dari PKS Mardani Ali Siera dan relawan perempuan Neno Warisman.

Gerakan civil society dari berbagai kalangan dan latar belakang semakin menguat menginginkan sebuah pemerintahan yang jujur, bersih,transfaran, demokratis dan adil, tatkala pertengahan 2018 jelang pendaftaran nama balon capres-cawapres, seorang musisi (Sang Alang) mencipta lagu #2019 Ganti Presiden, yang  menyuarakan kondisi ekonomi dan sosial cukup lantang dan menohok penguasa.

Hingga pada tanggal 10 Agustus 2018 lalu, 2 paslon pilpres 2019 mendaftarkan diri dan masuk melewati tahapan kampanye yang ditetapkan KPU, pada tanggal 23 September 2018. Maka semakin semaraklah perhelatan pesta demokrasi di Indonesia di mulai.

2 kubu capres dan cawapres pun mulai berlomba menarik simpati masa dengan berbagai gelaran even dan kampanye yang sudah ditetapkan KPU sebelum menuju pada tanggal pencoblosan di bulan April nanti.

Baca juga :  Badan Pekerja Pilih Sembilan Anggota Dewan Pers 2019-2022

Relawan Politik

Kesuksesan yang menjadi penanda awal atas kemenangan demokrasi partisipatoris adalah makin banyaknya partisan publik yang ikut berpartisipasi guna mendukung paslonnya dalam ajang pesta demokrasi yang terselenggara dan sedang berlangsung.

Demokrasi partisipatoris yakni demokrasi yang lebih memberikan perluasan akan partisipasi publik dengan basis utama atas kepedulian dan persoalan publik. Menurut Direktur Citra Survei Indonesia – Aendra Medita, pekerjaan relawan merupakan pekerjaan sukarela (uncoerced) atas waktu,tenaga dan kemampuannya guna menolong orang lain dengan sadar tanpa berharap akan imbalan.

Menjadi relawan nerupakan sebuah aktifitas yang dapat dilakukan sebagian masyarakat sebagai wujud kepedulian dan komitmen dengan sebuah visi dan tujuan.“Namun kini dalam faktanya banyak berubah, dimana kelompok relawan apalagi relawan politik kadang menuntut imbalan atau balas budi berupa jabatan tertentu atas apa yang sudah dilakukan bila berhasil,” ungkap Aendra.

Relawan politik idealnya harus memiliki kepekaan terhadap sebuah kebijakan politik, apalagi bila keberadaan komunitas relawan politik tersebut di posisi oposisi. Mengingat kubu oposisi, tentu dapat melihat sebuah kekurangan atas kebijakan rezim atau pemerintah yang berkuasa. Dengan begitu relawan dapat melakukan sebuah gerakan yang menyuarakan suara kritis atas kebijakan yang salah atau kurang pas.

Menurut Uchok Sky Khadafi, mantan aktifis 98 dan pengamat anggaran yang bernaung dalam Center For Budget Analisis (CBA), kekurangan relawan oposisi adalah tidak membuat agitasi atau sebaran, saat turun kejalan.

Baca juga :  Kemendagri & Lembaga Think Thank, Evaluasi Pilkada?

”Sebaran agitasi ini dibutuhkan untuk menarik simpatisan dan dukungan publik luas atas apa yang disuarakan.Gerakan tanpa agitasi hanya membuat publik akan bingung dan tak mengerti kenapa melakukan demo anti pemerintah ?,”  ujar Uchok dalam keterangan tertulisnya.

Kelompok relawan akan lebih menonjok bila tidak sekadar menjadi suporting dan ikut ikutan saja.”Sebaiknya komunitas atau kelompok relawan itu harus punya nilai nilai yang harus ada sebagai suporting agar terlihat berbeda,” tambah Uchok.

Komunitas SMA  Pro PADI

Munculnya komunitas relawan SMA Angkatan 89 Indonesia di acara jalan sehat yang di selenggarakan relawan Roemah Djoeang Prabowo-Sandi dari Irti Monas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, menuju Lapangan Banteng yang dihadiri Prabowo sebagai Calon Presiden nomer urut 02 dan Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan serta tokoh politik pendukung lainnya, merupakan wujud partisipasi publik atas pesta demokrasi saat ini makin semarak.

Hadirnya ribuan peserta yang begitu besar memadati acara tersebut memberi gambaran begitu antusiasnya lapisan masyarakat bukan hanya sekadar pada gelaran jalan sehat yang diadakan relawan Roemah Djoeang Prabowo-Sandi. Motivasi utama peserta lebih pada dukungan capres no urut 02  agar bisa terpilih menjadi presiden di 2019 ini.

Jalan sehat bernuansa politik yang terselenggara pada hari Sabtu, tanggal 2 Februari 2019 lalu, di ikuti oleh berbagai lapisan masyarakat serta kelompok relawan pro PADI tumpah ruah diseputar jalan Merdeka Selatan depan Balai Kota hingga Lapangan Banteng sebagai tujuan konsentrasi akhir massa.

Baca juga :  Ford Investasi 11,4 miliar US Dolar Untuk Mobil Listrik dan Baterai Lithium?

Salah satu kelompok relawan yang hadir mewakili alumni SMA maupun SMK se Indonesia adalah kelompok SMANGAT 89 (SMA Angkatan 89). “Kelompok relawan berbagai alumni SMA dan SMK se Indonesia awalnya digagas oleh para alumnus SMA Negeri 8 Jakarta , angkatan 89 yang hadir pada deklarasi alumni SMA Negeri 8  lintas angkatan di Hambalang.”ujar Tras Rustamaji Ketua SMANGAT 89.

Menurut Tras, tujuan awal hanya mengajak teman dekat dari SMA/SMK lain sejabotabek guna menguatkan suara perolehan untuk capres no urut 2. Namun tak disangka gayung bersambut dari teman keteman berkembang tidak hanya SMA/SMK jabodetabek saja yang minat. Ternyata alumni SMA/SMK beberapa wilayah di Indonesia pun turut mendaftar menjadi anggota/members kelompok relawan tersebut.

Relawan Smangat 89 / Foto : Ist

Kegiatan Relawan Smangat 89 ini sendiri hanyalah sebagai suporting kegiatan/even yang diselenggarakan oleh kelompok relawan nasional pro Prabowo Sandi (PADI), selain nantinya juga diharapkan para anggota yang ada dan terdaftar dari beberapa alumni SMA/SMK, bisa menularkan dukungannya pada keluarga dan teman terdekat lainnya.

“Mengingat kelompok relawan ini baru terbentuk dan tenggat waktu menuju pilpres juga sudah sangat sempit, Relawan SMANGAT 89 hanya mengikuti kegiatan yang sudah ada saja,” ucap Titi Kirana alumni SMA 26 angkatan 89 yang menjabat sebagai koordinator advokasi dalam struktur kelompok SMANGAT 89.

 

#Beng

Tinggalkan Balasan