Kolom  

Hiduplah Di Saat Ini By Galatia Chandra

Author of Hacking Your Mind Book

Hiduplah Di Saat Ini By Galatia Chandra

MATRANEWS.id — Pada suatu masa, ada seorang kakek yang berkunjung dan menengok cucunya yang sedang terbaring sakit dirumahnya. Cucunya ini sudah dewasa dan sudah bekerja di sebuah perusahaan. Berikut adalah percakapan mereka…

Kakek: Bagaimana keadaan kamu Cu?

Si cucu yang sesungguhnya merupakan seorang pemuda yang tegap & tampan spontan menangis
dengan tersedu-sedu.

Dengan raut muka yang tampak sarat dengan penderitaan dia berkata: “Kek nasib saya memang malang.

Saat ini saya terkena sakit maag yang sangat akut akan tetapi saya tidak bisa beli obat karena saya tidak punya uang.

Huhuhu… Tidak ada satu pun sahabat saya yang mau meminjamkan uang pada saya.

Sekalipun saya masih punya hutang pada mereka. Tapi sekarang ini kan saya sedang sakit, seharusnya mereka mau meminjam uangnya pada saya.

Terus akibat sakit seperti ini saya kan jadinya ga bisa kerja, Kalo saya ga kerja gimana saya bisa dapat uang? Kalau saja saya …”

Sang Kakek menyetopnya: “Cu, sudah… sabar ya… dengar Kakek dulu…

Tahukah bahwa di dunia ini sesungguhnya ada 3 tipe manusia.

1. Manusia yang hidup di masa lalu. Tipe manusia seperti ini selalu menyesali kejadian-kejadian yang sudah lewat di masa lalu. Marah akibat masa lalunya.

Orang yang selalu menghukum dirinya dengan terus mengatakan pada dirinya: Kamu bodoh, kamu malas dll. Kalimat yang sering terdengar dari dia adalah: “Kalau saja… Seandainya dulu…”

2. Manusia yang hidup di masa yang akan datang. Yang selalu memulai segala sesuatunya dengan kata “Nanti” dan “Apabila”.

Baca juga :  Laksamana Sukardi: Bagaimana Jika Indonesia Diboikot seperti Rusia?

Saya akan mulai menabung tapi nanti kalau gaji saya sudah mencapai 10 juta sebulan. Apabila saya sudah berada di level eksekutif perusahaan, baru saya akan mulai memperhatikan kesehatan saya dll.

Sesungguhnya kedua tipe orang di atas adalah orang-orang yang hidupnya tidak akan pernah berbahagia.

Lucunya rasa tidak bahagia itu seperti magnet… Menarik hal-hal yang buruk datang kepadanya dan membuat hidupnya berantakan.

Tahukah kamu Cu, bahwa orang yang selalu berpikiran tentang masa lalunya dan menyesali nasibnya akan membuat dirinya hidup dengan apa yang dinamakan “DEPRESSI”.

Sedangkan mereka yang otaknya terus berada di masa depan. Masa yang tampak semakin sulit dan penuh tantangan.

Sehingga Ia perlu terus melakukan ini dan itu sebagai langkah antisipasi. Maka orang ini akan hidup dengan penuh “KECEMASAN”.

Depressi dan kecemasan akan perlahan tapi pasti menggerogoti kesehatannya. Sehingga orang tersebut pasti akan jatuh sakit.

Oleh karenanya wahai cucuku, hiduplah sebagai tipe orang yang ketiga. Hiduplah “di SAAT INI”. Hadapi kenyataan, dan ubah hidup kita.

Berubahlah menjadi orang yang selalu mensyukuri apa yang ada dan yang kita miliki pada saat ini.

Albert Einstein pernah berkata demikian: “Learn from yesterday, Live for today and Hope for tomorrow.” Tempatkanlah diri kita di hari ini bukan masa lalu maupun masa mendatang.

Menurut Psychology today, ada 6 langkah untuk hidup dimasa kini:

Baca juga :  Dewan Pers Dilarang Minta Perusahaan Pers Melakukan Pendaftaran!

1. Unselfconsciousness. Jika mau meningkatkan performa dan prestasi, berhentilah memikirkan performa dan prestasi kita. Jangan kuatir bahwa ada orang lain memperhatikan diri kita.

Mereka sesungguhnya sibuk dan khawatir tentang diri mereka sendiri. Fokuskan diri kita pada perubahan-perubahan kecil pada hari ini yang bisa menjadi perubahan-perubahan besar di masa depan.

2. Savoring, Nikmati dan syukuri apa yang kita miliki saat ini.

Di dalam bukunya: Eat, Pray, Love. Elizabeth Gilbert menulis tentang sahabatnya yang ketika melihat sebuah tempat yang begitu indah, dia berteriak dengan panik.

“Aku harus kembali ketempat ini suatu saat nanti.”

Gilbert mengatakan padanya. “Loh, kamu sudah disini pada saat ini. Ga usah mikiran yang akan datang nanti…. Nikmati keindahan ini…”

3. Breathe, bisakah kita berkata: “ah saya bernafasnya nanti saja.

Jawabannya tidak bisa bukan?

Ya … memang karena kita setiap hari bernafas.

Kita suka tidak “SADAR” bahwa kita bernafas. Untuk itu, Milikilah kesadaran.. bahwa hari ini kita bernafas dan itu adalah Anugerah Tuhan yang maha penting yang perlu kita syukuri.

4. Flow. Kehidupan ini tidak akan pernah ada yang begitu sempurna tanpa cacat.

Kadang kita beruntung dan berhasil dalam usaha kita dan kadang kita gagal. Tidak usah disesali… Mengalir saja.

5. Acceptance. Hidup menjadi seperti orang lain, hidup menuruti kehendak orang lain akan sangat melelahkan.

Hiduplah menjadi diri kita sendiri, terimalah diri kita apa adanya. Setiap manusia yang hidup pasti punya kelemahan-kelemahan… terimalah kelemahan itu.

Baca juga :  Thanos Serang Sejumlah Kementerian dan Lembaga Negara

6. Engagement. Satu hal yang kita perlu ketahui di dalam hidup ini, Kita perlu ketahui bahwa kita sesungguhnya tidak akan pernah tau tentang masa depan kita.

Oleh karenanya kita tidak perlu mengkhawatirkan apa yang belum terjadi.

Namun… sekalipun kita tidak tau. Itu bukan berarti kita tidak perlu mempunyai “FAITH & HOPE” atau pengharapan pada masa depan.

Tetap kita harus harus “ENGAGE” atau mengerjakan goal-goal kita. Bagilah goal-goal kita menjadi goal-goal kecil setiap hari. Fokuslah di hari itu.

Kehidupan Manusia semakin hari semakin sulit.

Di Era New Normal saat ini, banyak orang meratapi dan menyesali apa yang hilang dan sudah tidak ada.

Ada juga yang terus menantikan kapan Pandemi ini akan berlalu. Padahal semua ini adalah musuh kebahagiaan kita.

Mari, lihatlah apa yang kita miliki saat ini. Fokuslah untuk melakukan pada hal-hal yang baik yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki hidup kita di hari ini, di saat ini.

Tetap bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini. Tetap jaga Kesehatan, tetap jaga Kebahagiaan di hati.

“You are too concerned with what was and what will be. There is a saying: Yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift. That is why it is called the present.” – Master Oogway

Have a Great day! GC

Tinggalkan Balasan