MATRANEWS.id — Sore menjelang malam, suasana Cilandak Town Square, yang dikenal dengan nama Citos, sudah menjadi tujuan populer warga Jakarta untuk hang out atau jalan-jalan.
Tiba-tiba, sesosok perempuan bertubuh tinggi langsing hadir. Ia mengusik perhatian, termasuk orang-orang yang berada di sudut kafe Tartine.
“Hai, apa kabar,” sapanya ramah. Ia mengulurkan tangannya, yang langsung kusambut cepat. Sebaris senyum tampak menari-nari pada paras Fristian Griec, yang sangat dikenal akrab oleh publik.
Dara yang terkesan tomboi. Ada getaran halus yang terasa hangat, kala kugenggam jemarinya sedetik kemudian.
Wajah Fris, demikian wanita ini akrab disapa, memang kerap menyapa kita dalam tayangan program berita Kompas TV sebagai news anchor.
Parasnya, sorot matanya hingga bibir mungilnya, tak seserius saat ia menjadi pewawancara, para tokoh.
Sesaat kemudian, kami memesan makanan. Kepada pramusaji, ia meminta kopi hitam. Sembari menunggu pesanan, kami lantas bertukar cerita.
Asal tahu saja, aku sempat meriset sepakterjang dari sosok bernama Fristian ini, sebagai seorang jurnalis. Fristian Shamsapeel Griec Humalanggi atau yang dikenal dengan nama Fristian Griec, adalah pribadi yang ceria.
Ia punya talenta berkomunikasi baik dengan siapapun. Fristy, wartawati yang merupakan alumni Fakultas Hukum Universitas Panjajaran, Bandung.
Memulai kariernya sejak tahun 2012 hingga 2014, di Indosiar sebagai pembawa berita Fokus Pagi, Patroli dan Fokus Sore, dengan gunakan nama Fristian Humalanggi. Sejak akhir Juli 2015 Fristian pindah dari RTV ke Kompas TV.
Diberi kesempatan membawa program “primetime” talkshow Kompas Malam dan kerap hadir pula dalam program Kompas Petang.
“Sebagai seorang jurnalis, adalah keharusan bagi saya untuk terus mengikuti berbagai isu nasional maupun lokal,” ujarnya memulai cerita.
Kesibukan adalah suatu hal yang dianggap dinamis bagi Fristy, berawal pagi hari harus dapat mewawancarai Menteri, Ketua DPR, Kapolri, Panglima TNI atau pejabat maupun tokoh lain. Ia juga harus berinteraksi dengan pedagang yang jualan di pasar, nelayan, Ibu rumah tangga, petugas keamanan, siapapun, apapun latar belakangnya, berapapun usianya.
Sebagai seorang jurnalis televisi setiap hari dia beradu dengan kecepatan menyampaikan informasi kepada publik.
Lajang kelahiran Jakarta 12 Oktober 1988 ini, termasuk “berani” dalam memasuki liputan-liputan di daerah bencana dan konflik. Pribadi, yang cepat beradaptasi dengan situasi apapun.
Perempuan berdarah Manado ini pernah menerobos ke zona merah di Sulu, Filipina, basisnya para milisi Abu Sayyaf. Dengan “kenekatan yang terukur”, memperhitungkan risiko, memutuskan “timing” yang tepat, dan berhasil menembus zona merah tempat para sandera ditahan ketika itu.
Suka tampil live dalam persidangan kasus hukum yang menghebohkan tanah air, antara lain, Jessica dengan kopi “arsenik” Vietnamnya.
Tampilan dan pertanyaannya yang tajam baik kepada Jaksa Penuntut Umum hingga pengacara Jessica, Otto Hasibuan membuat acara itu, sangat ditunggu-tunggu pemirsa.
Gadis berdarah Minahasa ini kelihatan segar, dengan rambut pendeknya. Kini, telah benar-benar hadir di hadapanku.
Aku pun terusik untuk bertanya, alasan Fristy merasa terpanggil untuk perlu memajukan lagi almamater khususnya sebagai alumni Fakultas Hukum. Karena kabarnya, ia termasuk dari kandidat kuat untuk menjadi Ketua Alumni FH Unpad.
Jawabnya, simpel saja. Ia ingin mendorong kaum muda milenial untuk bergerak aktif membangun Ikatan Keluarga Alumni IKA-FH Unpad bergaung di tingkat nasional dan tingkat internasional.
Bersama dengan rekan alumninya Jauhari Kamal, Fristian menawarkan konsep pada alumninya yaitu “One-tier board system” dimana dengan sistem ini mampu menyerap asiprasi bakal bottom–up bagi seluruh alumni Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
Mata dan telinga harus sanggup melihat tajam dan mendengar dan menterjemahkan aspirasi para komisioner perwakilan tiap angkatan, perwakilan tiap daerah.
“Sekarang era digital. Semua serba terkoneksi. Perkembangan teknologi Informasi bisa membuat kita dengan mudah punya database alumni berbasis digital yang kuat. Apalagi semua menggunakan gawai. Isu ini tak seharusnya jadi masalah klasik yang tak kunjung selesai,” jelas Fristy dengan semangat.
Tak terasa obrolan tak sekedar urusan organisasi, pekerjaan, tapi bicara hal-hal off the record, cinta dan lifetime commitment. Sisi lain dari penampilannya yang elegan. Sayang tak bisa diungkap semua saat ini. Mungkin, lain kali ya.
#Asri Hadi
baca juga: majalah MATRA edisi cetak — klik ini