MALANG
Malang = bernasib buruk; celaka; sial
Malang = terletak melintang
Malang melintang = letaknya tidak beraturan
Malang tak boleh ditolak;
Mujur tak boleh diraih.
Malang mujur = untung-untungan ; serampangan saja.
Memalangi = merintangi / menghalangi jalan
Kemalangan = kesusahan; kerugian: kesialan; kecelakaan.
MATRANEWS.id — Malang merupakan salah satu kota yang terletak di Jawa Timur.
Kota yang didirikan pada zaman Belanda ini mengalami berbagai peristiwa penting, mulai dari kejayaan kerajaan di Nusantara hingga pembangunan di masa Pemerintah Penjajahan Belanda.
Kota yang terkenal dengan kuliner bakso Malang dan klub sepakbola Arema ini memiliki sejarah penting dalam penamaan asal-usul Malang.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), arti kata malang adalah terletak melintang atau dalam kata sifat berarti bernasib buruk.
Namun, asal-usul nama Malang tidak berhubungan dengan dua makna yang ada di KBBI itu.
Penamaan kota Malang Asal usul penamaan Malang sampai sekarang masih diperdebatkan oleh para ahli sejarah.
Setidaknya ada dua teori di balik penamaan kota Malang. Malang Kucecwara Kota Malang memiliki nama lengkap Malang Kucecwara yang berarti Tuhan akan membantu kita menaklukkan yang jahat.
Hipotesis pertama merujuk pada nama sebuah bangunan suci bernama Malangkuçeçwara.
Bangunan suci tersebut disebut dalam dua prasasti Raja Balitung dari Mataram Kuno, yakni Prasasti Mantyasih tahun 907 Masehi dan Prasasti 908 Masehi.
Dalam buku The Miracle of Language yang ditulis Moses Adesan Mihaballo, Heru Susanto, dan Sriyana, para ahli masih belum memperoleh kesepakatan di mana bangunan tersebut berada.
Di satu sisi, ada sejumlah ahli yang menyebutkan bahwa bangunan Malangkuçeçwara terletak di daerah Gunung Buring, suatu pegunungan yang membujur di sebelah timur Kota Malang di mana terdapat salah satu puncaknya bernama “Malang”.
Pihak yang lain di sisi lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci tersebut terdapat di daerah Tumpang, Kabupaten Malang.
Di daerah tersebut, terdapat sebuah desa bernama Malangsuka, yang menurut para ahli sejarah berasal dari kata Malangkuça yang diucapkan terbalik.
Pendapat ini diperkuat oleh keberadaan peninggalan-peninggalan kuno di sekitar Tumpang seperti Candi Jago dan Candi Kidal yang merupakan wilayah Kerajaan Singhasari.
Nama Malangkuçeçwara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang berarti kebatilan, kecurangan, kepalsuan, dan kejahatan, angkuça yang berarti menghancurkan atau membinasakan, dan içwara yang berarti Tuhan.
Oleh karena itu, Malangkuçeçwara berarti “Tuhan telah menghancurkan yang batil (jahat)”.
Misi kekuasaan kerajaan Mataram Hipotesis kedua merujuk sebuah kisah penyerangan pasukan Kesultanan Mataram ke Malang pada 1614 yang dipimpin oleh Tumenggung Alap-Alap.
Dilansir laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, cerita bermula dari Raja Mataram, Sultan Agung yang hidup 1.600 tahun yang lalu.
Sebagai sultan yang sangat hebat, Sultan Agung ingin menaklukan seluruh pulau Jawa dalam satu kekuasaan Kerajaan Mataram.
Taktik yang dilakukan oleh Sultan Agung adalah dengan tidak langsung menyerang Surabaya, sebagai pusat dari Jawa Timur, namun dengan menaklukan kota-kota di sekeliling Surabaya termasuk Malang.
Maka, Sultan Agung mengutus 8.000 pasukannya yang dibagi dalam 3 kelompok, kelompok Jalur Lingkar Selatan, Pantura, dan jalur tengah yang dipimpin oleh Tumenggung Alap-alap.
Tumenggung Alap-alap, yang memimpin jalur tengah melewati daerah Ngantang, merasa kesulitan dalam menempuh jalur tersebut.
Ia harus menempuh pegunungan yang terbentang dari Utara ke Selatan, menghadapi 5 gunung (Gunung Penangguhan, Gunung Arjuno, Gunung Anjasmoro, Gunung Kawi, dan Gunung Kelud), serta melewati 2 sungai besar, yaitu Sungai Metro dan Sungai Brantas.
Ketika pasukan Tumenggung Alap-alap mulai memasuki daerah Malang, mereka dihalangi oleh ribuan pohon tumbang yang menutupi jaur masuk menuju Malang.
Setelah pasukan berhasil membersihkan pohon-pohon tersebut, mereka dihadang oleh pasukan daerah Malang yang dipimpin oleh Bupati Malang saat itu, Ronggosukmo.
Meskipun pasukan Bupati Ronggosukmo memiliki jumlah yang lebih sedikit dari pasukan Tumenggung Alap-alap, namun daerah Malang berhasil dipertahankan dari serangan pasukan Mataram.
Dengan semangat yang sangat besar, pasukan kerajaan Mataram berhasil ditumpas dengan mudah oleh pasukan Bupati Ronggosukmo.
Sejak saat itu, daerah Malang Kucecwara lebih dikenal dengan nama Malang yang berarti penghalang atau yang menghalang-halangi.
Ternyata Akibat 3 Kesalahan Nama “Malang” muncul pertama kali pada Prasasti Pamotoh/Ukirnegara (1120 Saka/1198 Masehi) yang ditemukan pada tanggal 11 Januari 1975 oleh seorang administrator perkebunan Bantaran di Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar.
Dalam prasasti tembaga tersebut, tertulis salah satu bagiannya, dengan terjemahannya sebagai berikut: “… taning sakrid Malang-akalihan. Wacid lawan macu pasabhanira, dyah Limpa Makanagram I…”
Artinya sebagai berikut. “… di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang. Bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu…”
Malang di sini merujuk pada sebuah daerah di timur Gunung Kawi.
Meskipun telah diketahui bahwa penggunaan Malang setidaknya telah berlangsung sejak abad ke-12 Masehi, tidak bisa dipastikan asal mula penamaan wilayahnya.