Manuver Wiranto Gagalkan AM Hendropriyono Jadi Panglima ABRI, Benarkah?

Belum Ada Klarifikasi Dari Wiranto

Manuver Wiranto Gagalkan AM Hendropriyono Jadi Panglima ABRI, Benarkah?

MATRANEWS.id — Manuver Wiranto Gagalkan AM Hendropriyono Jadi Panglima ABRI demikian Viral.

Pasalnya yang menulis berita dan info ini adalah Kilat.com, web yang disebut milik Hendropriyono.

Info yang dipapar di web itu, tentang artikel “Manuver Wiranto Gagalkan AM Hendropriyono Jadi Panglima ABRI”.

Tak pelak, headline itu masuk dalam berita terpopuler dalam tengah bulan Desember 2022.

Tak hanya artikel bahkan Kilat.com menguak lewat Video youtube. Link ada di bawah artikel ini.

Di situ, dikuak pendapat dari Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jasril Jakub. Namun belum ada klarifikasi pelaku sejarah lain, seperti Wiranto atau siapa yang mengetahui persis peristiwa penting di republik ini.

Sepenggal info ini menjadi menarik, terkait adanya info fakta-fakta sekitar manuver Jenderal TNI Wiranto saat penunjukan jabatan Panglima ABRI

Ini terkait kontroversi terkait dengan sebuah kanal video yang menyatakan tentang ‘Hendropriyono Gagal Jadi Panglima TNI di Detik-detik Terakhir’ diluruskan oleh pelaku sajarah yakni Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jasril Jakub.

Sebagai Sekretaris Militer Presiden RI pada masa pemerintahan Presiden Habibie.

Jasril Jakub mengungkapkan fakta-fakta sekitar manuver Jenderal TNI Wiranto saat penunjukan jabatan Panglima ABRI (Panglima TNI) untuk Letnan Jenderal TNI AM Hendropriyono.

Perlu disampaikan bahwa Panglima ABRI saat itu, Jenderal TNI Feisal Tanjung, telah memerintahkan kepada Jasril Jakub untuk menyiapkan Keputusan Presiden (Keppres) untuk menyematkan bintang empat bagi Letnan Jenderal TNI AM Hendropriyono.

Keppres bintang empat ini diberikan sebagai tahapan untuk penetapan AM Hendropriyono sebagai Panglima ABRI.

“Tanggal 21 Mei 1998 malam, jam sudah menunjukkan pukul 01:00 WIB, saya ditelepon Pak Tanjung (Feisal Tanjung, red.) untuk menyiapkan Keppres bintang empat untuk Pak Hendro.”

Baca juga :  BULOG Bersama BUMN Pangan & Pupuk Bangun Kolaborasi Riset/Pengembangan

“Paginya, jam 06:30 saya sudah di Istana untuk meminta tanda tangan Pak Habibie, karena pada jam 08:00 akan diumumkan susunan Kabinet,” kata Jasril Jakub.

Namun, pada saat itu Wiranto meminta izin ke Jasril Jakub untuk menghadap Presiden Habibie.

Posisi jabatan Jasril Jakub yang juga sebagai perpanjangan tangan Menteri Pertahanan dan Keamanan / Panglima ABRI untuk membantu Presiden, tidak memungkinkannya untuk menolak permintaan Wiranto yang ingin menghadap Presiden Habibie.

“Saya tidak berhak menolak, tunggu saya hubungi ajudan dulu. Jadi Pak Wiranto bukan dipanggil untuk menghadap Presiden BJ Habibie, tetapi dia meminta untuk menghadap,” kata Jasril Jakub.

Jasril Jakub juga menyayangkan pada saat itu Letnan Jenderal TNI Sintong Panjaitan, Penasihat Militer Presiden BJ Habibie tidak ada di tempat, sehingga tidak ada yang bisa mencegah Wiranto menemui Habibie pagi hari tersebut.

“Sayang saat itu tidak ada Bang Sintong yang bisa mencegah,” tegas Jasril Jakub.

Maka Wiranto pun cukup lama menghadap Presiden Habibie, sebelum dia langsung masuk ke ruang Kredensial Istana Merdeka.

BACA JUGA: Prof Dr Jenderal TNI AM Hendropriyono Tentang Presiden 2024

“Saat Pak Habibie keluar untuk mengumumkan susunan Kabinet dan meliwati saya, beliau memerintahkan untuk mengembalikan Keppres bintang empat untuk Pak Hendropriyono yang sedianya akan ditandatangani, dengan ucapan Presiden Habibie, nanti saja,” kata Jasril Jakub.

Presiden BJ Habibie pun mengumumkan susunan Kabinet, ternyata nama AM Hendropriyono batal menjadi Panglima ABRI, dan dia tetap menjadi Menteri Transmigrasi.

Jasril Jakub menyampaikan bahwa sejatinya bintang empat untuk AM Hendropriyono diberikan bukan untuk pengangkatan sebagai Menteri Transmigrasi, tetapi rencananya bila AM Hendropriyono sebagai Panglima ABRI.

Baca juga :  Mengapa DPR Belum Mengesahkan Panglima TNI, Menjadi Viral Di Media Sosial Hari Ini

“Berarti bintang empat untuk Pak Hendro bukan sebagai Menteri tetapi rencananya bila Pak AMH (AM Hendropriyono) jadi Panglima ABRI,” tegas Jasri Jakub.

Kepastian tentang pangkat bintang empat untuk AM Hendropriyono pun dikonfirmasi oleh Jasri Jakub kepada Panglima ABRI, Jenderal Feisal Tanjung.

“Saya coba tanyakan ke Pak Tanjung tentang petunjuk Keppres bintang empat, jawab beliau sambil menggerutu, ‘sudah tidak perlu’,” lanjut Jasril Jakub.

Artinya, terjadinya perubahan keputusan untuk membatalkan pengangkatan AM Hendropriyono sebagai Panglima ABRI, dengan terlebih dahulu menerbitkan Keppres bintang empat untuk AM Hendropriyono, berubah dan terjadi saat Wiranto menghadap Presiden Habibie pagi hari tersebut.

“Jadi perubahan terjadi saat pak Wiranto menghadap pagi itu,” kata Jasri Jakub.

Peristiwa berikutnya, Jasril Jakob menyampaikan informasi terkait dengan Tindakan BJ Habibie terhadap Letnan Jenderal TNI Prabowo Subianto.

“Saya tidak mau berandai-andai, tetapi saya punya pandangan sendiri yang tidak bisa saya ungkapkan. Hanya memang setelah itu Prabowo disidangkan dan dipecat dari TNI tetapi diperhalus,” kata Jasri Jakub.

Lebih lanjut Jasril Jakub menyampaikan, mungkin Letnan Jenderal TNI (Purn.) Yusuf Kartanegara yang duduk dalam Dewan Kehormatan yang mengadili Prabowo lebih tahu soal tersebut.

Tentang Keppres susunan Kabinet, lanjut Jasril Jakub, tanggung jawab  Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) saat itu dipegang Saadilah Mursid, sudah ditandatangani tetapi langsung diubah.

Terkait dengan adanya Instruksi Presiden yang mirip dengan Supersemar kepada Wiranto, Jasril menyatakan hal tersebut tidak benar.

“Ada wacana tetapi Presiden Habibie dibujuk oleh Mensesneg Saadilah Mursid agar jangan dikeluarkan, bisa banyak jatuh korban,” kata Jasril Jakob.

Sebelumnya pada tanggal 19 Mei 1998, terjadi pertemuan di Jalan Cendana di bawah pimpinan Mensesneg Saadilah Mursid, yang dihadiri oleh Jasri Jakob, Sekretaris Kabinet, Sekretaris Militer, Kepala Rumah Tangga Kepresidenan, dan pembuat pidato Pak Narto.

Baca juga :  Model Telanjang Di Era Pandemi Covid-19

“Semula Pak Harto akan mengubah susunan kabinet yang sarat dengan family system, akan tetapi tidak turun dan tidak ditandatangani Presiden,” papar Jasril Jakub.

Lalu, lanjut Jarsil Jakub, Pak Harto mau menyusun kabinet yang terdiri dari tokoh-tokoh agama, tokoh politik untuk duduk dalam Dewan yang membantu Presiden, tetapi pada menolak sehingga batal.

“Lalu dibuat instruksi Presiden seperti Super Semar yang ditugaskan kepada Menhankam Pangab, tetapi setelah mendapatkan saran dari Mensesneg akhirnya instruksi presiden tersebut  tadak turun, berarti tadak ditandangani Presiden,” tegas Jasril Jakub.

Setelah masuk surat 14 menteri di bawah pimpinan Pak Ginanjar Kartasasmita yang menyatakan mundur dari Kabinet, akhirnya Presiden Soeharto merasa kecewa dan mundur sebagai Presiden.

“Hanya saran Seskab Bapak Bambang Kesowo, sebagai ahli hukum, jangan ditulis mengajukan mundur karena kalau MPR/DPR menolak bisa batal, jadi diubah dengan kata-kata menyatakan BERHENTI sebagai Presiden,” papar Jasril Jakub.

Dengan penjelasan yang diberikan oleh Jasril Jakub tersebut tentu publik mendapatkan kejelasan tentang manuver pertemuan antara Wiranto, yang meminta menghadap Presiden BJ Habibie.

Dan peristiwa berikutnya yang menyangkut pembatalan Keppres bintang empat untuk AM Hendropriyono dan pemberhentian Prabowo Subianto dari ABRI.

Menanggapi penjelasan Jasril Jakub, Jenderal TNI (Purn.) AM Hendropriyono memberikan apresiasi yang sangat besar.

“Terima kasih sudah ada penjelasan yang benar ini. Untuk menjadi catatan saya pribadi yang sangat besar nilainya,” kata AM Hendropriyono.

BACA JUGA: majalah MATRA edisi Desember 2022, klik ini

Tinggalkan Balasan