Selain Gus Dur, Tokoh Islam Bergelar Profesor Ucapkan Selamat Natal

Selain Gus Dur, Tokoh Islam Bergelar Profesor Ucapkan Selamat Natal

*Damai Di Hati…, Damai Di Bumi…, Selamat Natal.

➡ *Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif*

Buya Syafii Maarif mengatakan, ucapan  ‘Selamat Natal’ sama bobotnya dengan menuturkan ‘apa kabar’, ‘selamat pagi’, dan sapaan lainnya.

Sapaan itu justru bisa menimbulkan perdamaian…: ‘Damai di hati’, ‘Damai di bumi’.

Buya Syafii menganggap lucu umat Islam yang melarang ucapan ‘selamat natal’.

Beliau mempertanyakan, apakah umat islam yang seperti itu lebih baik ketimbang lainnya?

Buya Syafii menganggap, ucapan natal itu wujud kerukunan hubungan dengan sesama manusia.

Buya Syafii berharap, agar ucapan ‘Selamat natal’ tidak dihubungkan dengan masalah theologi, hindari berpikir kalau ada yang mengucapkan ‘Selamat Natal’ maka ia otomatis memiliki teologi sama.

“Saya sudah puluhan tahun mengucapkan, tidak ada masalah, biasa saja, ucapan selamat hari raya agama lain adalah bentuk menghargai sesama.”

Beliau menyebutkan, “Semua ulama Mesir membolehkan seorang muslim mengucapkan selamat hari natal, marilah kita saling memahami, menghormati, menghargai, kalau pakai theologi sempit dunia ini makin kacau.”

*

➡ *Prof.Dr.KH.Said Aqil Siradj*

Menurut Said Aqil,  mengucapkan selamat natal itu ucapan selamat biasa, sebagaimana kita mengucapkan : Selamat tahun baru pada teman, selamat menempuh hidup baru pada pasangan yang baru menikah, atau saat mendengar istri kawan baru hamil.

Ucapan selamat natal sama sekali tidak ada kaitannya dengan akidah, masalahnya dimana?

Baca juga :  Menkeu Minta Klub Moge Pegawai Pajak Dibubarkan

Tidak ada urusannya dengan akidah, hanya adab berbagi bahagia, tidak kurang tidak lebih, karena kita manusia bukan binatang.

*

➡ *Prof. Dr. H. Muhammad Quraish Shihab M.A.*

“Saya duga keras persoalan ini hanya di Indonesia, sebab saya lama di Mesir, saya kenal sekali, saya baca di koran, ulama² Al Azhar berkunjung kepada pimpinan umat kristiani mengucapkan selamat natal.”

“Saya tahu persis ada ulama besar di Suriah memberi fatwa itu boleh mengucapkan natal itu bagian dari hubungan baik, dan tidak mungkin teman² saya dari umat Nasrani datang mengucapkan selamat hari raya idul fitri, terus dilarang gitu, perlu menunjukkan kepada masyarakat dulu bahwa agama ini penuh toleransi, kalau tidak kita umat yang dituduh teror.”

“Tidak ada yang lebih indah dari pada cinta, kita beda suku beda agama, tetapi kita bersaudara, kita satu Indonesia, hidup rukun berdampingan dalam perbedaan, saling menghormati, saling menghargai.”

Damai di hati, damai di bumi.

baca juga: majalah Matra edisi cetak terbaru – klik ini

Tinggalkan Balasan