
MATRANEWS.id — Sebuah potongan video yang menampilkan Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tidak menyalami Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat perayaan HUT ke-80 TNI di Monas, Minggu (5/10), mendadak viral di media sosial.
Tayangan itu disebar dengan berbagai judul bombastis seperti “Viral! SBY Tak Salami Kapolri di HUT TNI,” seolah ada ketegangan antara dua tokoh nasional tersebut.
Tahukah, jika diperhatikan utuh, narasi yang dibangun sebagian kanal YouTube dan media tertentu itu ternyata menyesatkan.
Dalam video berdurasi singkat tersebut, SBY terlihat menaiki panggung kehormatan dengan mengenakan seragam loreng TNI.
SBY menyalami para petinggi militer yang berdiri berbaris, dimulai dari Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali, kemudian Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal M. Tonny Harjono.
Setelah itu, SBY tampak melangkah melewati posisi Kapolri Jenderal Listyo Sigit tanpa berjabat tangan, lalu menyalami Wakil Panglima TNI Jenderal Tandyo Budi Revita di sebelahnya.
Potongan momen inilah yang kemudian dijadikan bahan spekulasi liar.
Warganet ramai berkomentar bahwa SBY sengaja mengabaikan Kapolri, bahkan ada yang menuding hubungan keduanya tengah “dingin.”
Padahal, konteks sebenarnya sangat berbeda dari apa yang digoreng oleh judul-judul sensasional itu.
Perlu dipahami, acara tersebut adalah upacara resmi militer untuk memperingati HUT Tentara Nasional Indonesia.
Sebagai purnawirawan Jenderal TNI dan mantan Presiden, SBY datang dalam kapasitas kehormatan militer.
Dalam tradisi semacam itu, wajar bila ia memberi salam hanya kepada jajaran TNI aktif sebagai bentuk penghormatan institusional.
Kapolri sendiri, meski hadir sebagai tamu kehormatan, bukan bagian dari struktur TNI. Maka, absennya jabat tangan bukanlah bentuk penolakan atau sindiran personal.
Sayangnya, sejumlah kanal media dan akun YouTube memilih membingkai momen tersebut dengan cara provokatif — demi klik dan sensasi.
Padahal, baik SBY maupun Jenderal Listyo tidak menunjukkan tanda-tanda ketegangan sedikit pun sepanjang acara.
Keduanya berdiri di barisan kehormatan yang sama, mengikuti prosesi dengan sikap hormat dan tertib sebagaimana layaknya pejabat negara.
Di tengah gegap gempita perayaan HUT ke-80 TNI yang dihadiri Presiden Prabowo Subianto, para pejabat tinggi, dan ribuan prajurit serta masyarakat, insiden kecil itu seharusnya dimaknai sebagai bagian dari tata acara formal — bukan bahan adu domba publik.
Sayangnya, di era media sosial, satu potongan video bisa dengan mudah diubah menjadi bahan fitnah, terutama bila dilepaskan dari konteks dan disajikan dengan niat menggiring opini.
Momen SBY dan Kapolri di Monas seharusnya menjadi pengingat bagi publik bahwa tak semua yang viral mencerminkan kebenaran.
Di balik setiap tayangan, selalu ada konteks, etika, dan niat. Dan dalam hal ini, yang sesungguhnya terjadi hanyalah tata prosesi resmi — bukan drama politik seperti yang dipertontonkan oleh sebagian pihak.

BACA JUGA: majalah MATRA edisi Oktober 2025, Klik ini







