MATRANEWS.id — Banyak kolektor buku dan majalah tak sekedar mengumpulkan, mencari dan merawat buku atau majalah sebagai kegemaran. Kolektor mengoleksi buku atau majalah juga investasi.
Mereka mencari buku atau majalah, sebagai kesukaan membaca dan mencium aromanya.
Hal itulah yang membuat manajemen majalah MATRA dan majalah eksekutif meyakini, membaca secara print (cetak) berbeda dengan membaca di internet, lewat e-magazine atau online.
Bau dari majalah atau buku itu semerbak kerja, ada yang menyebut “enak”.
Menurut Matija Strlic dari University College London, bau buku lawas atau majalah punya kombinasi antara aroma rumput, aroma asam, dan aroma vanili. Lignin atau zat kayu yang ada pada kertas yang bikin buku mengeluarkan bau khas.
Salah satu sensasi membaca buku fisik adalah membaut segala indera kita bekerja. Indera penglihatan, peraba hingga penciuman pun bekerja.
Karena hampir seluruh pecinta majalah dan buku pasti menyukai bau unik dan sensansi itu.
Ada penelitian yang diadakan di Univesity College London Institute for Sustainable Heritage. Penelitian ini juga sebagai bentuk mendeskripsikan bau tersebut.
Peserta penelitian diminta untuk datang ke Perpustakaan St. Paul Cathedral Dean and Chapter. Sebagian besar dari peserta penelitian menggambarkan bau majalah atau buku ini sebagai ‘kayu’.
Ada juga yang menggambarkan sebagai ‘smoky’, ‘earthy’ dan ‘vanilla’.
Intinya, sebagian besar peserta penelitian menyatakan bau tersebut sangat menyenangkan atau enak untuk dihirup.
Penelitian lainnya dilakukan di Museum and Art Gallery dengan mengambil satu buku tua sebagai sample. Kata ‘coklat’ paling banyak digunakan untuk menggambarkan bau buku atau majalah tersebut.
Kemudian kata ‘kopi’, ‘kayu bakar’ menjadi kata-kata yang menggambarkan bau buku atau majalah tua tersebut.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa kertas yang mengalami penuan memiliki beberapa senyawa kimia yang sama seperti yang dikandung oleh coklat dan kopi, di mana dua hal tersebut menjadi bau favorit orang kebanyakan.
Lewat penelitian tersebut, Cecilia Bembibre mengungkapkan, bahwa dengan mendokumentasikan kata-kata yang menggambarkan bau buku atau majalah tersebut membuka diskusi tentang pengembangan kosa kata yang memiliki makna dan makna budaya.
Sehingga, bukan sekedar bau biasa tapi menyimpan banyak makna sama seperti isi buku yang memberikan banyak makna.
Aroma khas dari lembaran-lembaran kertas usang. Commodity meluncurkan wewangian dengan bau spesial dari buku atau majalah tua dideskripsikan sebagai ‘aroma sempurna’’.
Bahkan, ada wewangian hadir dengan aroma uniseks yang diciptakan, cocok untuk pria maupun wanita.
Parfum dengan cita rasa harum kertas buku atau majalah itu dibuat dari wangi kayu-kayuan seperti cendana, bergamot, dan cemara yang kombinasinya mengingatkan pada bau kertas menguning yang sudah berumur tahunan.
Merasakan kembali sensasi membaca buku atau majalah yang kemudian dijilid, membalik halaman-halamannya dan menghirup bau kertas kering yang bercampur dengan udara segar.
Sensasi membaca menambah referensi, santai, saat ini menjadi gaya hidup baru rupanya. Wow!