Tahukah Anda Siapa Yang Memotret Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?

MATRANEWS.idPernahkah Anda Terpikir Siapa yang Memotret Momen Ini? atau Apakah Anda pernah berpikir bagaimana foto ini diambil?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pernahkah Anda Terpikir Siapa yang Memotret Momen Ini?

Dalam setiap momen bersejarah, ada tangan-tangan tak terlihat yang bekerja di balik layar. Tangan-tangan yang mengabadikan detik-detik berharga, memastikan bahwa momen-momen itu tak hanya berhenti pada satu waktu, tetapi terus hidup dalam ingatan kita.

Seperti detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, sebuah momen yang menggetarkan bumi, yang hingga kini bisa kita saksikan dalam bentuk foto-foto hitam putih yang penuh dengan makna.

Pernahkah Anda terpikir, siapa yang berada di balik lensa kamera saat Presiden Soekarno membacakan teks Proklamasi?

Sosok yang berdiri tegak di hadapan sejarah, namun berada di belakang sorotan, memastikan setiap kata yang diucapkan Bung Karno terekam dalam bingkai waktu.

 

 

 

 

 

 

 

 

Jawabannya adalah dua sosok kakak beradik yang namanya jarang disebut dalam buku sejarah, namun peran mereka begitu monumental: Alex Mendur dan Frans Mendur.

Kisah mereka bukan sekadar tentang dua pria yang membawa kamera ke sebuah acara penting.

Ini adalah kisah tentang keberanian yang tak terhingga, ketangguhan mental, dan kecintaan yang mendalam terhadap tanah air. Tak ada perintah resmi, tak ada imbalan besar. Hanya dorongan hati untuk berada di tempat yang tepat, di saat yang tepat.

Pada pagi hari yang tenang, di antara kecemasan dan harapan, Mendur bersaudara sudah berdiri di depan kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Cikini.

Jam menunjukkan pukul lima pagi. Mereka berdua mungkin adalah satu-satunya fotografer yang hadir di hari yang paling bersejarah itu.

Di tengah suasana yang penuh ketegangan, mereka dengan tenang mengangkat kamera mereka, memastikan bahwa setiap momen tak akan terlewatkan.

Eng-ing-eng. Keberanian mereka diuji tak lama setelah upacara selesai. Tentara Jepang, yang masih berkuasa saat itu, mencium gelagat adanya dokumentasi yang mereka anggap berbahaya.

Alex Mendur ditangkap, kameranya disita, dan hasil fotonya dibakar di hadapannya.

Frans Mendur, dengan kecerdikannya, berhasil menyelamatkan negatif film yang telah ia ambil. Ia menguburnya di tanah, menyembunyikan bukti dari pandangan tentara Jepang yang mencari-cari.

Ketika malam tiba dan situasi mulai aman, Mendur bersaudara kembali ke tempat di mana negatif film itu terkubur.

Mereka menggali dengan hati-hati, menemukan kembali harta karun yang akan menjadi saksi abadi dari perjuangan bangsa ini.

Dengan keberanian yang sama, mereka mencetak foto-foto itu, memastikan bahwa momen Proklamasi akan terus dikenang oleh generasi-generasi selanjutnya.

Lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara, Mendur bersaudara membawa semangat pejuang dari tanah kelahiran mereka ke dalam setiap foto yang mereka abadikan.

Alex, lahir pada tahun 1907, dan Frans, pada tahun 1913, dikenal di kalangan jurnalis internasional sebagai fotografer yang andal dan berani.

Nama mereka kini diabadikan dalam sebuah monumen, “Tugu Pers Mendur,” di tanah kelahiran mereka di Minahasa, sebuah penghormatan yang pantas untuk pahlawan yang tak pernah mencari sorotan.

Monumen ini berdiri sebagai pengingat bahwa di balik setiap momen besar, selalu ada tangan-tangan yang bekerja tanpa henti, memastikan bahwa sejarah tidak akan terhapus oleh waktu.

Di dalam rumah adat Minahasa yang berdiri kokoh di Kelurahan Talikuran, terdapat 113 foto karya Mendur bersaudara, sebuah warisan yang tak ternilai, diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 11 Februari 2013.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Melalui lensa kamera Mendur bersaudara, kita bisa melihat kembali ke masa lalu, merasakan getaran hari itu, dan mengingat bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, tetapi sesuatu yang diperjuangkan dengan darah, keringat, dan keberanian yang luar biasa.

Tanpa mereka, momen Proklamasi mungkin hanya akan hidup dalam cerita, tanpa visual yang bisa kita saksikan dan pelajari bersama.

Maka, saat Anda melihat foto Presiden Soekarno membacakan teks Proklamasi, ingatlah akan dua sosok kakak beradik yang berdiri di belakang kamera, yang dengan keberanian mereka, memastikan momen itu tak hanya menjadi sejarah, tetapi juga kenangan yang hidup dan abadi.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tugu Pers Mendur didirikan di Kelurahan Talikuran, Kecamatan Kawangkoan Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, di tanah kelahiran mereka.

Di dalam rumah tersebut, terdapat 113 foto karya Mendur bersaudara yang diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 11 Februari 2013.

Melalui foto-foto yang diabadikan oleh Mendur bersaudara, kita bisa terus mengingat dan menghargai momen penting yang membentuk sejarah bangsa ini.

Tanpa mereka, mungkin kenangan akan detik-detik Proklamasi hanya akan tersisa dalam cerita, tanpa visual yang bisa kita saksikan dan pelajari bersama.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: majalah MATRA edisi AGUSTUS 2024, Klik ini

Tinggalkan Balasan